Berita Internasional
Seorang Biksu Penggal Kepala Sendiri di Hari Ulang Tahunnya, Begini Isi Surat Wasiatnya
Di Thailand, seorang biksu Buddha ditemukan tewas karena memenggal kepalanya sendiri pada hari ulang tahunnya.
TRIBUNJATENG.COM, BANGKOK - Di Thailand, seorang biksu Buddha ditemukan tewas karena memenggal kepalanya sendiri pada hari ulang tahunnya.
Si biksu melakukannya dengan harapan pengorbanan mengerikan itu akan memberinya keberuntungan di akhirat, New York Post melaporkan pada Selasa (20/4/2021).
Thammakorn Wangpreecha, (68 tahun) telah menjadi seorang biksu selama 11 tahun.
Baca juga: Kisah Tenggelamnya Kapal Selam Kursk, Pelaut Tulis Catatan Harian dengan Darah Sebelum Mati Lemas
Baca juga: Heboh Polwan Umbar Foto Mesra Bareng Pacar Lesbi, Kedoknya Baru Dibongkar Polisi Lain
Baca juga: Youtuber Jozeph Paul Zhang si Nabi Jadi-jadian Ternyata Alumni SMAN 1 Tegal, Ada Foto Pas Reunian
Baca juga: Isi Chat Sule dan Putri Delina Tentang Lina Buat Nathalie Holscher Sakit Hati: Setidaknya Hargai Aku
Dia dilaporkan membangun alat pancungnya di dekat patung religius yang menggambarkan dewa Indra melakukan hal yang sama, lapor Metro Inggris.
Keponakan si biarawan, yang menemukan mayat yang dipenggal itu, mengatakan Wangpreecha telah meninggalkan sebuah catatan.
“Dinyatakan bahwa pemenggalan kepalanya adalah caranya memuji Buddha, dan dia telah merencanakan ini selama lima tahun sekarang,” kata keponakannya yang bernama Booncherd Boonrod.
Lebih lanjut dalam wasiatnya Wangpreecha menyatakan keinginannya, untuk mempersembahkan kepala dan jiwanya.
Supaya Tuhan dapat memberinya reinkarnasi sebagai makhluk spiritual yang lebih tinggi di kehidupan selanjutnya,” tambah keponakan itu.
Ratusan pengikut biksu yang meninggal itu, kemudian turun ke kuil Wat Phu Hin di Nong Bua Lamphu.
Mereka mempersiapkan jenazahnya untuk pemakaman.
Lalu menempatkannya di peti mati, dengan kepala di peti mati terpisah, untuk dibakar di hutan.
Sementara itu, Insiden ini mendorong Kantor Nasional Buddhisme meminta pemerintah daerah menyebarkan pesan, bahwa orang dapat memberikan uang atau burung peliharaan gratis sebagai korban.
Bukannya mengorbankan dirinya sendiri.
“Para eksekutif dan kepala wihara harus meninjau kembali praktik mereka dan menjaga biksu lain di wihara mereka,” kata juru bicara kantor Sipbowon Kaeo-ngam, International Business Times melaporkan.
“Insiden ini kemungkinan merupakan bukti dari kelalaian untuk melakukannya (pengawasan), “Kita harus mencegah situasi yang tidak menyenangkan seperti itu terjadi lagi,” tambahnya. (*)