Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Terorisme

Yenny Wahid Sebut Munculnya Teroris Milenial Karena Sifat Anak Muda yang Mudah Terprovokasi

Beberapa waktu lalu serangan teroris terjadi di Mabes Polri dilakukan oleh gadis 25 tahun.

Editor: rival al manaf
Istimewa
Yenny Wahid dalam Jateng Edufest 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Beberapa waktu lalu serangan teroris terjadi di Mabes Polri dilakukan oleh gadis 25 tahun.

Fenomena teroris milenial ini memantik Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid untuk menelaah lebih lanjut.

Ia menyatakan, generasi muda saat ini menghadapi 3 isu besar, yakni disrupsi (disruption), ekologi (environment), dan emosi (emotional).

Ia menyebut saat ini dunia tengah mengalami disrupsi yang menantang, mulai dari disrupsi teknologi, pandemi, dan gaya hidup. 

“Untuk menghadapi disrupsi teknologi, anak-anak muda harus ditumbuhkan sikap kritis sehingga bisa memfilter content-content seperti radikalisme dan intoleransi,” katanya saat memberi sambutan dalam Jateng Edu Fest, Rabu (21/4/2021).

Menurut Yenny, anak-anak muda  harus dibantu mengatasi  melalui seperangkat nilai-nilai penting yang berbasis pada akhlakul karimah.

Yenny mencontohkan adanya fenomena teroris milenial.

Hal itu terjadi karena banyak faktor.

Salah satunya  karena mereka mudah diprovokasi dan dikooptasi ke jalan yang tidak benar.

“Ini PR kita ke depan,” ujar Yenny.

Melalui program Sekolah Damai, lanjut Yenny, menjadi pemantik agar bisa membantu mengatasi setiap permasalahan pendidikan generasi muda di era disrupsi ini dengan seperangkat nilai.

Sehingga bisa membawa mereka tetap memiliki perilaku positif dan mengedepankan akhlaqul karimah.

“Sekarang ini, anak-anak mudah terpancing emosi dan terprovokasi. Bagaimana saat merespons konten-konten yang mereka hadapi di media sosial."

"Kita bisa melihat misalnya adanya teroris milenial, peristiwa-peristiwa radikalisme, itu semua terjadi karena faktor mereka mengalami kegelisahan. Ini menjadi warning bagi kita semua, orang tua dan guru,” katanya.

Menurut Yenny, mereka mengalami kegelisahan, keputusasaan, resah dengan masa depannya dan tidak percaya diri.

“Sehingga mereka ini sangat mudah diprovokasi dan dikooptasi oleh orang-orang yang berusaha membawa mereka ke jalan tidak baik,” katanya.

Maka dari itu, program sekolah damai ini, anak anak diajak untuk mengedepankan budaya damai, sikap, tindakan, cara hidup yang menolak kekerasan, serta mencegah konflik, baik individu maupun kelompok.

Yenny menjelaskan, sejak tahun 2017, Wahid Foundation berkolaborasi dengan AGPAII (Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia) mengembangkan Program Sekolah Damai untuk mendukung pendidikan karakter dan mempromosikan toleransi  serta perdamaiaan di lingkungan pendidikan, khususnya sekolah menengah atas di 4 provinsi yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan DKI Jakarta. 

Bersamaan dengan peringatan Hari Kartini yang merupakan tokoh nasional dari Jawa Tengah yang telah mempromosikan pendidikan, Wahid Foundation dan Mitra Sekolah Damai menginisiasi kegiatan “Jateng EduFest 2021: Urip Rukun, Jateng Gayeng”. 

“Harapannya, melalui kegiatan ini bisa memberikan inspirasi bagi lembaga pendidikan lain untuk terus – menerus melakukan kampanye budaya toleransi dan promosi perdamaian dalam membangun iklim lingkungan sekolah yang inklusif dan nyaman bagi semua golongan,” ujarnya. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved