Larangan Mudik Jateng
Kisah Dani Bawa Anak dan Istri Mudik Jalan Kaki dari Kebumen ke Bandung, Uang Saku Cuma Rp 120 Ribu
Himpitan pandemi, dan pemutusan hubungan kerja membuat seseorang terpaksa mudik. Bahkan meski uang sudah benar-benar habis.
TRIBUNJATENG.COM, KEBUMEN - Himpitan pandemi, dan pemutusan hubungan kerja membuat seseorang terpaksa mudik.
Bahkan meski uang sudah benar-benar habis, pilihan utama memang pulang kampung.
Tidak bisa naik kendaraan jalan kaki nekat dilakukan.
Hal itu dialami Dani dan keluarga.
Baca juga: Video Situasi Hari Pertama Larangan Mudik di Batang
Baca juga: Kondisi Ratna yang Tewas Tak Wajar di Kamar, Pemilik Kos Cerita Soal Tamu Pria yang Hilir Mudik
Baca juga: Pemuda Klaten Gagal Melamar Gadis Pujaan Karena Rombongan Diputar Balik Penyekatan Larangan Mudik
Baca juga: Belum Terlihat Peningkatan Penumpang di Terminal Tawangmangu Hari Pertama Larangan Mudik
Bersama istri dan dua anaknya ia mudik dari Gombong Kabupaten Kebumen Jawa Tengah ke Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, dengan berjalan kaki.
Bekalnya hanya uang Rp 120.000.
Menurut Dani, bekal uang itu hanya untuk beli makanan dan minuman istri dan dua anak balitanya selama perjalanan.
Uang bekal itu, kata Dani, adalah sisa dari honor terakhirnya saat bekerja di tempat konveksi di Gombong.
Honor tersebut sudah habis untuk membayar kontrakan dan makan sehari-hari.
"Sisa uang Rp 120.000. Cuma bawa bekal segitu," kata Dani, saat ditemui di Ciamis, Jumat (7/5/2021).
"Namun sekarang sudah tak lagi kerja, jadi memutuskan untuk pulang ke Bandung," tambahnya.
Dani menceritakan, ia dan keluarganya sudah berjalan selama enam hari, yaitu sejak hari Minggu (2/5/2021).
Selama perjalanan, Dani tak terlalu memaksa keluarganya untuk cepat sampai ke tujuan.
Saat cuaca panas di siang hari atau waktu sudah mulai malam dan lelah, dirinya segera mencari tempat berteduh.
Biasanaya, kata Dani, dirinya menumpang tidur di pom bensin maupun masjid, lalu mereka melanjutkan perjalanan setelah shalat Subuh.