Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Kisah PKL Andalkan Pengunjung di Tempat Wisata: Kami Harus Bertahan Sampai Keadaan Kembali

PKL di tempat wisata menjadi satu di antara kelompok masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19.

Penulis: Saiful Ma sum | Editor: sujarwo
TRIBUNJATENG/SAIFUL MA'SUM
Pedagang di tempat wisata Goa Kreo Semarang melayani pembeli pada, Jumat (14/5/2021). 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Pedagang kaki lima (PKL) di tempat wisata menjadi satu di antara kelompok masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19. Keluh kesah hingga jeritan para pedagang kini sudah nyaris habis lantaran perekonomiannya masih terombang-ambing. Belum lagi mereka yang hanya mengandalkan wisatawan yang datang di tengah krisis kemauan dan pembatasan di tempat wisata.

Pedagang di Goa Kreo Semarang, Vivin mengatakan, menurunnya jumlah pengunjung tempat wisata secara otomatis membuat omzetnya turun drastis. Ia harus berbagi pembeli dengan pedagang lain dengan jumlah pengunjung yang tidak seberapa.

Bahkan, di hari-hari aktif yang biasanya bisa dijadikan sebagai tambahan penghasilan, pengunjung tempat wisata justru semakin sepi. Belum lagi terdampak kebijakan pemerintah yang masih membatasi jumlah pengunjung haya separonya dari kapasitas.

"Kalau hari biasa saat pandemi ini paling hitungan jari saja. Betul-betul sepi, gak bisa diandalkan. Paling ya kita mengandalkan saat weekand atau libur nasional, seperti libur Lebaran ini. Tetap harus bertahan sih sampai keadaan kembali," terangnya saat ditemui di warungnya, Jumat (14/5/2021).

Sebelum pandemi datang, di warung Vivin bisa melayani 500 pembeli dalam sehari saat libur Lebaran. Dengan omzet kotor lebih dari Rp 5 juta sehari. Sementara saat weekand, Vivin bisa mengantongi omzet Rp 1,5 juta dalam sehari.

Keadaan berbalik ketika pandemi Covid-19 mulai menghantam para pengusaha awal 2020 lalu. Penurunannya cukup drastis hingga 50-70 persen bagi PKL tempat wisata.

Saat weekand saja, ia hanya bisa mengantongi Rp 500 ribu, sedangkan hari-hari biasa tidak bisa dijanjikan. Jumlah ini belum dipotong biaya-biaya lain, dan biaya sewa lapak mencapai Rp 1 jutaan per bulannya.

"Ya inilah keadaannya. Makanya, libur Lebaran ini tetap harus berjualan. Meski sedikit, ya disyukuri karena semua punya kebutuhan," tuturnya.

Vivin bersama belasan pedagang lain bertekad tetap jualan di momen Libur Lebaran kali ini. Padahal, puluhan pedagang lain dari total 49 PKL di Goa Kreo memilih tutup sementara hingga situasi dan kondisi sudah kembali stabil.

Menurut keterangan pihak pengelola wisata, salah satu alasannya adalah pendapatan dan pengeluarannya tidak sebanding sehingga mereka merugi. Karena jumlah pengunjung wisata yang turun drastis selama pandemi berlangsung.

"Kalau kita yang jualan di sini, semua mengandalkan pengunjung. Kita pernah minta keringanan biaya sewa lapak, tetapi gak ada tindak lanjut. Mau gak mau ya kita bayar seadanya, kita saja susah pemasukannya," tuturnya.

Pedagang lain, Suparti mengatakan, selama Ramadan 1 bulan, ia memilih menutup dagangannya. Praktis tidak ada pemasukan sama sekali selama satu bulan kemarin.

Ia pun berharap pada momen libur Lebaran ini bisa menjadi jembatan untuk memutarkan kembali roda usahanya agar bisa bertahan sampai situasi kembali normal.

"Sebenarnya dilema, kalau tutup terus banyak dagangan yang kedaluwarsa sia-sia. Kalau pun buka, ya gak ada yang beli juga. Bagaimana lagi harus dijalani," terangnya.

Ia berharap pandemi Covid-19 segera berakhir, sehingga tempat-tempat wisata kembali ramai seperti sedia kala.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved