Berita Semarang
Hasil Pertanian Perkotaan di Semarang Semakin Banyak seiring Tren Urban Farming Meningkat
Tren kegiatan urban farming semakin meningkat selama pandemi Covid-19. Hasil pertanian perkotaan ini mencapai 4.600 kuintal tanaman holtikura.
Penulis: Eka Yulianti Fajlin | Editor: moh anhar
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Tren kegiatan urban farming yang semakin meningkat selama pandemi Covid-19 berpengaruh positif terhadap ketahanan pangan di Kota Semarang.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Dispertan) Kota Semarang, Hernowo Budi Luhur mengatakan, hasil pertanian perkotaan meningkat seiring semakin banyak masyarakat melakukan kegiatan budidaya pertanian perkotaan.
Menurutnya, hasil pertanian perkotaan mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Saat ini, hasil pertanian perkotaan mencapai 4.600 kuintal tanaman holtikultura diantaranya sayur dan buah-buahan.
Sebelumnya, kontribusi tanaman pangan di Kota Semarang hanya menyum,bang 11 persen dari kebutuhan pangan masyarakat. Sedangkan, 89 persen didatangkan dari wilayah sekitar kota. Kini, kebutuhan pangan masyarakat yang disuplai dari dalam kota semakin meningkat.
"Dengan adanya urban farming ada sejuah bahan yang dihasilkan dari mereka (warga) sendiri. Tidak dilihat dari sisi seberapa besar. Setidaknya, ketahanan pangan masing-masing keluarga bisa tercukupi," papar Hernowo, Kamis (20/5/2021).
Baca juga: Berkomitmen Kembangkan Smart City, Hartopo Bangun Jaringan Fiber Optik Sampai Desa
Baca juga: Syawalan, Ribuan Warga Padati Komplek Makam Para Ulama di Bukit Jabal Protomulyo Kaliwungu
Baca juga: DPRD Kota Semarang Nilai Progress Normalisasi Sungai Beringin Sesuai Jadwal
Baca juga: Energi Berbagi, Kilang Pertamina Cilacap Salurkan 23 Ribu Paket Takjil selama Ramadhan 1442 H
Hernowo menyebutkan, saat ini sudah ada 151 kelompok urban farming. Jumlah itu terus meningkat seiring dengan digelarnya pelatihan urban farming oleh Dispertan. Urban farming yang berskala rumah tangga sudah dapat mencukupi kebutuhan pangan masing-masing. Sementara, beberapa urban farming yang masuk kelas usaha sudah dapat memasarkan hasil pertaniannya.
"Yang kelompok-kelompok urban farming kemarin sebenarnya untuk mendukung kampung siaga Covid-19 dalam hal ketahanan pangan. Saat ini, sudah cukup banyak urban farming berskala usaha. Justru, banyak dari anak-anak muda," katanya.
Dia mendorong generasi milenial untuk terus menggelorakan budidaya pertanian dalam rangka turut berkontribusi menjaga ketahanan pangan Kota Semarang.
Mengenai anggaran urban farming, diakuinya, Dispertan tidak memiliki anggaran khusus. Hanya saja, jika masyarakat membutuhkan bantuan bibit, pihaknya akan membantu. (*)