Berita Internasional
Setelah Seorang Pejabat Tinggi Meninggal Dunia, Korea Utara Larang Penggunaan Obat dari China
Kim Jong Un dilaporkan melarang penggunaan obat-obatan buatan China di rumah sakit besar di ibu kota negara itu.
"Saya telah berbicara dengan pihak yang mengatakan ada lebih banyak orang yang mengemis makanan dan uang di pasar, dan peningkatan jumlah tunawisma."
"Ada juga kebutuhan yang sangat mendesak akan antibiotik dan obat-obatan lainnya."
Sementara itu, Korea Utara berulang kali mengklaim belum ada satu pun kasus virus corona karena upayanya menutup perbatasan dengan cepat, melarang pariwisata, dan mengkarantina puluhan ribu orang.
Pejabat AS dan Korea Selatan telah meragukan klaim tersebut, menyebut bahwa ribuan orang di negara itu mungkin telah tertular virus corona.
Khawatir Rezim Runtuh, Kim Jong Un Larang Penggunaan Skinny Jeans dan Gaya Rambut Mullet
Sebelum pelarangan obat dari China, Kim Jong Un juga melarang warganya untuk memakai jeans memotong rambut gaya mullet.
Dilansir Mirror, Kim Jong Un dikatakan takut para pemuda di negaranya terpengaruh budaya Barat sehingga dapat menyebabkan runtuhnya rezim.
Jeans robek dan skinny jeans, serta potongan rambut mullet, semuanya dipandang sebagai tanda "invasi gaya hidup kapitalistik".
Kim Jong Un diyakini semakin cemas akan digulingkan.
Ia sebelumnya telah memutuskan bahwa orang yang kedapatan bergaya fesyen aneh harus dikirim ke kamp kerja paksa.
Surat kabar negara The Rodong Sinmun, sebuah organ dari Partai Pekerja yang berkuasa di negara itu, meluncurkan seruan baru agar barang-barang semacam itu dijauhkan karena takut membuat negara "runtuh seperti tembok lembab".
Tertulis dalam editorial pada akhir pekan:
"Sejarah mengajarkan kita pelajaran penting bahwa sebuah negara bisa menjadi rentan dan akhirnya runtuh seperti tembok lembab terlepas dari kekuatan ekonomi dan pertahanannya jika kita tidak berpegang pada gaya hidup kita sendiri."
"Kita harus waspada bahkan pada tanda sekecil apapun dari gaya hidup kapitalistik dan berjuang untuk menyingkirkannya."
Menurut Kantor Berita Yonhap, rezim Kim Jong Un telah memberlakukan hukuman yang lebih keras bagi mereka yang kedapatan menyimpan video yang dibuat di Korea Selatan.