Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

WSL Semarang Tawarkan Konsep Integrated System Atasi Persoalan Sampah

Sampah tak selamanya membawa dampak negatif bagi lingkungan. Dengan penggunaan teknologi tepat guna.

Penulis: m zaenal arifin | Editor: rival al manaf
Istimewa
Kreator konsep PT WSL Semarang, Soemarno (kaus putih), memaparkan konsep pengelolaan sampah kepada Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Klaten, Joko Purwanto, di Desa Kranggan, Kecamatan Polanharjo, Klaten, beberapa waktu lalu. (Ist) 

Penulis: Zaenal Arifin

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Sampah tak selamanya membawa dampak negatif bagi lingkungan. Dengan penggunaan teknologi tepat guna, sampah justru dapat diubah menjadi barang bernilai sehingga meningkatkan perekonomian masyarakat.

Seperti yang dilakukan PT WSL Semarang melalui konsep Sejahtera Bersama Sampah Integrated System yang di dalamnya meliputi gerakan masyarakat peduli sampah (gemar pedas), pelatihan dan pendampingan manajemen pengelolaan sampah.

"Konsep Sejahtera Bersama Sampah ini meliputi pengelolaan sampah dari rumah tangga sampai mengolah sampah menjadi barang bernilai ekonomi," kata kreator konsep PT WSL Semarang, Soemarno, didampingi Bambang Triono, kepada Tribun Jateng, Kamis (27/5/2021).

Saat ini, konsep tersebut telah dijalankan di beberapa desa di Kabupaten Klaten dan Grobogan. Satu di antaranya yaitu Desa Kranggan, Kecamatan Polanharjo, Klaten.

Soemarno memaparkan, pengelolaan sampah yang dilakukan meliputi 3R yaitu reduce, reuse dan recycle. Dengan 3R tersebut maka tujuan akhir yang bisa dicapai yaitu kedaulatan pangan dan ekonomi kerakyatan.

"Langkah awal yaitu mengumpulkan sampah dari rumah tangga untuk dikumpulkan dan dilakukan pemilahan yaitu sampah organik dan anorganik. Nantinya dari sampah itu bisa diolah menjadi paving block, biogas, pakan ternak unggas dan budidaya ikan lele," ujarnya.

Ia menerangkan, sampah yang sudah dipilah kemudian dipisahkan. Sampah organik disatukan kemudian dilakukan pencacahan dan pengeringan. Sampah tersebut kemudian diberi lalat tentara hitam atau black soldier fly (BSF).

"BSF itu kemudian nantinya akan berkembangbiak di dalam sampah. Dari perkembangbiakannya itu, akan muncul maggot atau larva lalat yang bisa dijadikan pakan unggas, lele dan lainnya," terangnya.

Sementara untuk sampah anorganik seperti plastik, lanjut Soemarno, kemudian dikumpulkan dan diolah menggunakan teknologi tepat guna yang kemudian diubah menjadi paving block.

"Paving block berbahan plastik ini kemudian bisa dijual sehingga dapat mendatangkan keuntungan yang hasilnya digunakan untuk peningkatan ekonomi masyarakat," paparnya.

Konsep tersebut saat ini sudah dijalankan di Desa Kranggan, Kecamatan Polanharjo, Klaten. Tenaga Ahli Kabupaten bidang Tekhnologi Tepat Guna, Samsul Ma'arif mengatakan, program ketahanan pangan dan ekonomi kerakyatan tersebut multi aspek.

Di antaranya bidang pangan untuk pertanian, perkebunan, perikanan, dan peternakan. Bidang energi, sampah juga dapat dimanfaatkan untuk biogas dan pembangkit listrik tenaga sampah, dan lainnya.

"Kemudian bidang lingkungan, infrastruktur, hingga kerajinan. Semua dapat memanfaatkan dari pengolahan sampah," tambahnya.

Pengelolaan sampah itu, katanya, juga mendukung program pemerintah yaitu Indonesia Bebas Sampah dengan cara mereduksi sampah baik organik maupun anorganik dan dimanfaatkan untuk lebih punya nilai ekonomi.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved