Berita Regional
Waspada BMKG: Gempa Besar M 8,9 dan Tsunami 29 Meter Berpotensi Terjadi di Wilayah Pulau Jawa
Jawa Timur memang termasuk wilayah di Indonesia yang rawan gempa bumi.
TRIBUNJATENG.COM - Gempa besar dan tsunami berpotensi terjadi di Pulau Jawa yakni di Jawa Timur.
Dalam sepekan terakhir, gempa mengguncang beberapa wilayah di Jawa Timur, antara lain Malang, Pacitan, dan Lumajang.
Jawa Timur memang termasuk wilayah di Indonesia yang rawan gempa bumi.
Dalam kaitan ini, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melakukan pemodelan matematika untuk mengukur potensi gempa terkuat dan tinggi maksimum tsunami yang bisa menyapu Jawa Timur.
Baca juga: Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun, Laila Solihaty Ibu Mochamad Iriawan Iwan Bule Ketum PSSI Meninggal
Baca juga: Reaksi Juliari Batubara Saat PPK Kemensos Kena OTT KPK Korupsi Bansos: Semua ke Kamar Pak Menteri
Baca juga: Jelang Timnas Indonesia Vs Vietnam, Nguyen: Indonesia Selalu Jadi Lawan Tidak Menyenangkan
Baca juga: Mobil Pikap Angkut Orang Alami Kecelakaan Masuk Jurang di Tegal, 2 Orang Meninggal Dunia
Berdasarkan pemodelan matematis, Jawa Timur berpotensi diguncang gempa hingga kekuatan M 8,9 dan tinggi maksimum tsunami mencapai 29 meter.
"Dari sejarah dan data-data yang terekam hingga saat ini, akhirnya kami menyusun pemodelan secara matematis potensi tsunami di Jawa Timur," ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam Webinar bertajuk "Kajian dan Mitigasi Gempabumi dan Tsunami di Jawa Timur," Jumat (28/5/2021).
"Hasil analisis kami untuk wilayah Jawa Timur, potensi tsunami seluruh pesisir tinggi maksimum adalah 26-29 meter di Kabupaten Trenggalek. Dan waktu tiba tercepat, datangnya tsunami paling cepat, 20-24 menit di Kabupaten Blitar," imbuh Dwikorita.
Zona seismik gap
Dari gambar peta distribusi gempa bumi yang dirasakan di wilayah Jawa Timur dan sekitarnya pada periode 2008-2020, dari sekian ratus kejadian gempa sejak tahun 2008 hingga 2020, yang ditandai dengan titik merah dan kuning, tampak ada zona-zona yang "kosong" tidak ada kejadian gempa.
"Zona-zona yang kosong ini merupakan zona seismik gap," kata Dwikorita.

Dia menjelaskan, zona seismik gap di daerah selatan Jawa Timur patut diwaspadai.
Sebab, zona ini seharusnya relatif aktif melakukan guncangan, tapi jarang terjadi.
"Karena zona itu belum melepaskan energi sebagai gempa, energi masih tersimpan di sana. Artinya baru siap-siap akan melepaskan energi," kata Dwikorita.
Nah, hal ini nantinya dapat memicu terjadinya gempa signifikan karena energi gempa cukup lama tersimpan dan terakumulasi dalam waktu cukup lama.
"Inilah yang kami jadikan skenario untuk memprediksi kemungkinan terjadinya tsunami, berapa ketinggian gelombang, kapan waktu datangnya, dan jarak masuknya berapa," ungkap Dwikorita.
"Karena itu, kami melakukan pemetaan bahaya tsunami juga," imbuh dia.