Breaking News
Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Internasional

Ini Dia Naftali Bennett PM Israel yang Baru, Jutawan Teknologi dan Mantan Komandan Pasukan Khusus

Melansir AFP, Bennett merupakan seorang nasionalis sayap kanan Yahudi, jutawan teknologi, dan mantan komandan pasukan khusus Israel.

The straits times
Naftali Bennett, Perdana Menteri baru Israel 

TRIBUNJATENG.COM, TEL AVIV – Knesset alias parlemen Israel menggulingkan Benjamin Netanyahu dan membentuk pemerintahan baru pada Minggu (13/6/2021).

Naftali Bennett terpilih menjadi Perdana Menteri Israel.

Beranggotakan 120 orang, Knesset memilih Bennet sebagai Perdana Menteri Israel yang baru.

Baca juga: Inilah Sosok MYS Pembunuh Wanita Driver Taksi Online, Tertangkap Berkat Aplikasi Zenly

Baca juga: Pakai Masker Dobel Karena Varian India Disebut 50 Persen lebih Menular Dibandingkan Varian Inggris. 

Baca juga: Kekayaan Nikita Mirzani Sudah Capai Rp 1,3 Triliun, Raffi Ahmad Masih di Bawahnya

Baca juga: Black Piranha Miliki Gigi Tajam Mengerikan, Digunakan Kim Jong Un Eksekusi Mati Jenderalnya

Selisih suaranya sangat tipis, 60 berbanding 59 suara.

Bennett mengambil alih kepemimpinan pemerintah Israel yang setelah didukung oleh koalisi delapan partai yang disatukan oleh Yair Lapid.

Kedelapan partai ini sebenarnya memiliki pandangan ideologis yang berbeda namun disatukan karena kemuakan mereka terhadap Netanyahu.

Melansir AFP, Bennett merupakan seorang nasionalis sayap kanan Yahudi, jutawan teknologi, dan mantan komandan pasukan khusus Israel.

Berusia 49 tahun, Bennett memimpin partai sayap kanan Yamina yang telah menyerukan Israel untuk mencaplok bagian-bagian Tepi Barat yang diduduki.

Dia akan menjadi perdana menteri Israel pertama yang secara terbuka menyerukan gaya hidup religius.

Lahir dari kedua orang tua yang berasal dari AS, Bennet sangat liberal dalam ekonomi dan sangat keras dalam melawan musuh bebuyutan Israel, Iran.

Dia merupakan mantan “anak didik” Netanyahu dan sempat mendapat sejumlah jabatan tinggi di bawah pemimpin Partai Likud tersebut.

Namun dalam beberapa tahun terakhir, hubungan antara Bennet dan Netanyahu retak dan ketegangan antara keduanya meningkat.

 
Pada akhir Mei, dua bulan setelah pemilu keempat Israel, Bennett mencapai kesepakatan dengan Lapid dan akhirnya membuka jalan bagi koalisi delapan partai di Knesset.

Komentar yang menghasut

Bennett tinggal bersama istrinya bernama Gilat dan keempat anak mereka di kota Raanana.

Dia terjun ke dunia politik setelah menjual perusahaan start-up teknologinya seharga 145 juta dollar AS pada 2005.

Tahun berikutnya, Bennet menjadi kepala staf untuk Netanyahu yang saat itu masih menjadi oposisi.

Setelah meninggalkan kantor Netanyahu, Bennett pada 2010 menjadi kepala Dewan Yesha yang melobi pemukim Yahudi di Tepi Barat.

Pada 2012, dia mengambil alih partai sayap kanan Jewish Home yang menghadapi keruntuhan.

Bennet kerap melontarkan serangkaian komentar pedas tentang Palestina. Pada 2013, dia mengatakan bahwa “teroris” Palestina seharusnya dibunuh, bukannya dibebaskan.

Dia juga berpendapat bahwa Tepi Barat tidak berada di bawah pendudukan karena dia menganggap tidak pernah ada namanya negara Palestina.

Selain sempat menjadi komandan pasukan khsusus, Bennett sempat menjabat sebagai Menteri Ekonomi dan Menteri Pendidikan era Netanyahu.

Bennet juga merombak partai Jewish Home sebagai partai berhaluan kanan baru sebelum akhirnya membentuk Yamina pada 2018.

 
Yamina merupakan bagian dari koalisi Netanyahu namun runtuh pada tahun yang sama.

Pada Mei 2020, dia tidak diminta untuk bergabung dengan pemerintah, sebuah langkah yang dianggap sebagai ekspresi penghinaan Netanyahu terhadap Bennet.

Dengan mengamuknya pandemi virus corona, Bennett mengesampingkan retorika sayap kanannya untuk fokus pada krisis kesehatan.

Dia bergerak untuk memperluas daya tariknya dengan merilis rencana untuk menahan Covid-19 dan membantu perekonomian.

Dukungan dari partai Islam Konservatif

Mantan pendukung dan pengkritik menuduh Bennett mengkhianati pemilih sayap kanan karena bergabung dengan koalisi yang mencakup partai sayap kiri Meretz dan mendapat dukungan dari partai Islam konservatif Raam.

Bennett menangkis kritik tersebut dengan menyatakan bahwa dia berencana memulihkan pemerintahan Israel dan menghindari pemilu kelima dalam waktu kurang dari dua tahun.

Dalam sebuah wawancara dengan Channel 12, dia membenarkan keputusannya untuk bergabung dengan koalisi "perubahan".

"Janji inti dari pemilu ini adalah untuk mengeluarkan Israel dari kekacauan. Saya memilih apa yang baik untuk Israel,” kata Bennet. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Profil Naftali Bennet, Perdana Menteri Israel yang Baru, Kerap Serukan Caplok Tepi Barat"

Baca juga: Dicky Sedih Meski Dapat Ganti Rugi Rp 1 Miliar dari Proyek Jalan Tol Solo-Yogya

Baca juga: Tentara India Turun Tangan untuk Bendung Gelombang Ketiga Pandemi Covid-19

Baca juga: VIRAL : Video Kombes Borong Pisang Dagangan Nenek-nenek, Tak Mau Dicum Tangannya, Inilah Sosoknya

Baca juga: Gelandang Timnas Inggris Pecahkan Rekor Pemain Termuda Euro

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved