Rakyat Korut Terancam Kelaparan 2 Bulan Lagi, Kim Jong Un Akui Terjadi Krisis

Korut teracam kehabisan bahan pangan 2 bulan lagi. Pemimpin tertinggi Korut, Kim Jong Un khawatir bencana kelaparan pada masa lalu dapat terjadi lagi

Editor: Vito
AFP/KCNA VIA KNS/STR
Pemimpin tertinggi Korut, Kim Jong Un 

TRIBUNJATENG.COM, PYONGYANG - Korea Utara (Korut) teracam kehabisan bahan pangan 2 bulan lagi. Pemimpin tertinggi Korut, Kim Jong Un khawatir bencana kelaparan pada masa lalu dapat terjadi lagi.

Sebagian harga bahan pokok pangan di Korut disebut telah meroket sebagai akibat dari badai hebat yang merusak industri produksi negara, seperti kopi yang dijual lebih dari 70 poundsterling atau Rp 1 juta per pak.

Warga di ibu kota negara bagian Pyongyang juga harus membayar tiga kali lipat dari harga reguler untuk kentang, dan 50 poundsterling atau sekitar Rp 721.700 untuk beberapa teh celup.

Daily NK melaporkan, di ibu kota Pyongyang satu kilogram pisang kini dijual dengan harga 32 poundsterling, atau sekitar Rp 640.000. Jika satu kilogram berisi setidaknya tujuh buah pisang, maka harganya per buah adalah 4,57 poundsterling, atau Rp 91.000.

Satu indikator yang paling menjelaskan tentang kelangkaan pangan adalah kenaikan harga bahan makanan pokok. Harga satu kilogram jagung meningkat tajam pada Februari lalu mencapai 3.137 won atau sekitar Rp 40.000, menurut data dari situs NK Daily, yang mengumpulkan informasi harga kebutuhan bahan pokok dari Korut.

Jagung adalah makanan pokok yang kurang disukai dibandingkan beras, tapi sering dimakan karena harganya lebih murah. Harga jagung terus melonjak tajam pada pertengahan Juni, menurut laporan situs Asia Press. Situs itu mendapat informasi melalui seorang warga dengan telepon selular yang diselundupkan ke Korut.

Sementara, harga beras dan bahan bakar dilaporkan masih stabil, menurut laporan CNN. Tetapi, harga bahan pokok impor seperti gula, minyak kedelai, dan tepung terigu telah naik.

Biaya yang terkait dengan beberapa bahan pokok yang diproduksi secara lokal juga melonjak dalam beberapa bulan terakhir.

Kim Jong Un telah membahas krisis yang berkembang di sektor pertanian negaranya pada Selasa (15/6), dan mengakui situsinya makin tegang.

Diktator itu juga mengatakan kondisi ekonomi yang dikelola negara tidak dapat menopang kebutuhan makanan warganya. "Pasokan makanan Korea Utara tipis dan terjadi krisis," kata Kim, menurut kantor berita negara itu, KCNA.

Melansir The Sun pada Sabtu (19/6), laporan terbaru dari Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO), menyebut, stok bahan pangan yang tersisa di Korut hanya bisa untuk memenuhi kebutuhan selama 2 bulan.

Ada kekhawatiran yang berkembang akan terulangnya bencana kelaparan pada 1990-an yang menghancurkan di Korut, yang menurut beberapa perkiraan telah menewaskan lebih dari 3 juta warga.

Saat itu, negara komunis tersebut disebut mengalami kekurangan pasokan bahan pangan 860.000 ton secara nasional.

Kim menolak untuk merinci sejauh mana krisis pangan negaranya saat ini, tapi dia baru-baru ini memperingatkan warga untuk bersiap menghadapi 'Arduous March', nama yang diberikan untuk krisis pangan pada 1990-an.

“Saya memutuskan untuk meminta organisasi Partai Buruh Korea di semua tingkatan, termasuk Komite Pusat dan para menteri, melakukan upaya yang lebih keras untuk membebaskan rakyat kita dari 'arduous march' yang lebih sulit, meski sedikit," ujar Kim, beberapa waktu lalu.

Pandangan suram kondisi pangan itu diungkapkan selama sesi konferensi yang dihadiri Komite Sentral Partai Buruh yang berkuasa pada Selasa (15/6), dan awalnya dilaporkan media resmi negara, KCNA. (Kompas.com)

Sumber: Kompas.com
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved