Terjadi Krisis dan Ancaman Kelaparan di Korut, Kim Jong Un Tarik Mundur Program Senjata Nuklir

Menyusul kondisi pangan dalam negeri yang memburuk, Pemimpin tertinggi Korut, Kim Jong Un mulai menarik mundur program senjata nuklirnya.

Editor: Vito
Via Intisari
Pemimpin Korut Kim Jong Un di atas kapal selam saat uji coba senjata. 

TRIBUNJATENG.COM, PYONGYANG - Menyusul kondisi pangan dalam negeri yang memburuk, Pemimpin tertinggi Korut, Kim Jong Un telah mulai terbuka untuk diadakannya pembicaraan dengan Presiden AS Joe Biden. Ia siap untuk dialog dan konfrontasi mengenai topik senjata nuklir.

Sebelumnya, Kim telah bersikukuh untuk tidak melanjutkan pembicaraan senjata dengan AS, yang dapat menawarkan bantuan dari sanksi yang mencekik ekonomi Korut.

Pengakuan Kim Jong Un bahwa negaranya menderita kekurangan makanan menjadi perhatian banyak kalangan.

Sebab, dia dikenal tidak pernah mengakui jika negaranya dalam masalah. Tahun lalu, misalnya. Dia menegaskan tidak ada virus corona di negaranya.

Pengakuan bahwa ekonomi negara yang direncanakan secara terpusat, bahkan tidak dapat memberi makan rakyatnya, mungkin tampak janggal.

Apalagi di Korut, Kim dan keluarganya dipandang dan digambarkan dalam propaganda sebagai orang yang sempurna dan hampir seperti Tuhan.

Namun, tidak seperti ayah dan pendahulunya, Kim tidak takut mengakui kesalahan atau kegagalan, atau bahkan menangis di depan rakyatnya. Kim telah membentuk citra domestiknya sebagai seorang pria dari rakyat.

Pemimpin diktator itu terus-menerus bertemu dengan publik, dan berdedikasi untuk meningkatkan kehidupan sehari-hari satu negara paling miskin di planet ini.

Tujuannya yang dinyatakan sejak mengambil alih kekuasaan pada 2011 adalah untuk meningkatkan kehidupan sebagian besar warga Korut.

Kim secara drastis mengubah ekonomi terencana Korut yang tidak efisien. Dia membebaskan hampir 120.000 tahanan politik yang diyakini ditahan di kamp kerja paksa.

Pemimpin berusia 37 tahun itu juga menarik mundur program senjata nuklirnya. Langkah-langkah yang tidak biasa dari pemimpin Korut sebelumnya itu membuat para ahli percaya, Pyongyang akan berjuang untuk mencapai tujuan Kim.

Hubungan dengan Washington dan negosiasi keringanan sanksi tampaknya menjadi perhatian yang jauh, setidaknya untuk saat ini.

Kim tidak menyebutkan pembicaraan dengan Amerika Serikat (AS) hingga Kamis (17/6), hari ketiga pertemuan politik penting minggu lalu, dan agenda keempat.

Menurut media pemerintah, Kim dilaporkan menganalisis kebijakan Korut Presiden AS Joe Biden, dan sekarang percaya Pyongyang perlu bersiap untuk dialog atau konfrontasi.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    berita POPULER

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved