Berita Internasional
Jenazah Pasien Covid-19 Bermunculan di Sungai Gangga India, Ada yang Masih Pakai Selang Oksigen
Ratusan jenazah pasien covid-19 bermunculan di Sungai Gangga India setelah permukaan air sungai tersebut naik seiring hujan yang mengguyur.
Permukaan air sungai suci itu sekarang naik karena hujan musiman, yang menghanyutkan pasir sehingga mayat-mayat pun terlihat.
Banyaknya jenazah yang bermunculan memicu kecurigaan bahwa total kematian pasien Covid-19 di India mungkin lebih dari satu juta, beberapa kali lipat dari jumlah resmi yang hampir 400.000.
Air Tercemar dan Berbahaya
Puluhan bahkan diperkirakan hingga ratusan mayat mengapung di Sungai Gangga India diduga sebagai korban Covid-19.
Pihak berwenang di India, Selasa (11/5/2021) waktu setempat, mengatakan belum menentukan penyebab kematian puluhan orang itu.
Pejabat di negara bagian Bihar mengatakan 71 mayat ditemukan Senin (10/5/2021).
Sementara pejabat di negara bagian tetangganya, Uttar Pradesh, mengatakan telah menemukan sekitar 100 mayat.
Gambar mayat yang mengambang di sungai memicu kemarahan dan spekulasi bahwa mereka meninggal karena COVID-19, yang melonjak di seluruh negara Asia Selatan itu dengan kecepatan yang lebih tinggi daripada di tempat-tempat lain di dunia.
Beberapa pakar medis prihatin virus corona bisa menyebar melalui air sungai yang terkontaminasi.
“Meskipun tidak ada penelitian global mengenai apakah virus bisa menyebar melalui mayat di air, saya sangat yakin air sekarang tercemar,” kata Dr. Mohsin Wali.
"Tidak baik lagi untuk diminum dan kalau mayat ini membusuk, akan lebih berbahaya."
Pihak berwenang melakukan otopsi namun belum bisa memastikan penyebab kematian karena mayat-mayat itu telah membusuk.
India, menurut Universitas Johns Hopkins, Selasa mencatat hampir 330.000 kasus baru dan 3.867 kematian terkait virus corona.
India memiliki jumlah kasus terkonfirmasi tertinggi kedua di seluruh dunia dengan hampir 23 juta kasus dan angka kematian tertinggi ketiga dengan hampir 250.000, meskipun para ahli mengatakan angka sebenarnya hampir dipastikan jauh lebih tinggi.
Kementerian Luar Negeri India, Selasa, mengatakan lonjakan itu telah mendorong Perdana Menteri Narendra Modi membatalkan perjalanan ke Inggris untuk menghadiri KTT G7 bulan depan.
Modi sebelumnya dikecam karena mengizinkan pertemuan besar-besaran pada festival keagamaan dan mengadakan kampanye pemilu besar-besaran selama dua bulan terakhir meskipun infeksi meningkat tajam.