Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Fokus

Fokus : Teladan dan Kearifan Sunan Kudus

Kudus menjadi perhatian nasional, bisa jadi juga internasional. Gelombang kedua penyebaran virus corona atau Covid-19 melanda kabupaten

Penulis: sujarwo | Editor: Catur waskito Edy

Oleh Sujarwo

Wartawan Tribun Jateng

Kudus menjadi perhatian nasional, bisa jadi juga internasional. Gelombang kedua penyebaran virus corona atau Covid-19 melanda kabupaten yang dikenal sebagai penghasil rokok (kretek) terbesar di Jateng ini.

Kasus Covid-19 meroket usai libur Idulfitri 2021, peningkatannya mencapai 30 kali lipat.

Kabupaten yang ibukotanya juga dikenal kota santri akhirnya ditetapkan sebagai zona merah. Bahkan, tiga kecamatan di Kudus yakni Jati, Kota dan Mejobo menjadi ‘zona hitam'.

Kudus dalam kondisi darurat. Bupati Kudus HM Hartopo mengeluarkan surat edaran yang meminta warganya tetap berada di rumah pada akhir pekan.

Kodam IV/Diponegoro dan Polda Jateng menambah armada, total 32 bus, untuk mengangkut masyarakat yang akan melakukan isolasi ke Donohudan Boyolali.

Sejumlah pasukan Brimob terjun melakukan penyemprotan disinfektan ke desa-desa yang masuk zona merah.

Pemprov pun telah menurunkan tim khusus yang terdiri dari Dinas Kesehatan, Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kependudukan dan Pencatatan Sipil ), Satpol PP, Badan Penanganan Bencana Daerah, TNI, dan Polri. Tim khusus ini ngantor di Kudus untuk menangani 8 kecamatan yang masuk zona merah.

Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo, dan Kepala BNPB Ganip Warsito juga turun tangan. Mereka memberi arahan dan penekanan agar lebih efektif dalam upaya menurunkan angka kasus positif Covid-19 di Kudus.

Dari data yang diterima Kapolri. kasus terkonfirmasi Covid-19 berjumlah 7.975 orang, sedangkan sembuh 5.918 orang, dan meninggal 659 orang. Masalah Covid-19 merupakan tanggung jawab kita bersama,” kata Jenderal Sigit.

Gayung pun bersambut. Ketua HKTI Moeldoko mengirim Ivermectin yang disebut-sebut sebagai 'obat yang mengalahkan COVID-19' ke Kudus. Obat ini dikirm ke tiga kecamatan yang dianggap paling berat situasinya, yaitu Kecamatan Jati, Kecamatan Kota, dan Kecamatan Mejobo.

Ivermectin gratis itu dibagikan kepada ratusan warga. Moeldoko menyebut keadaan di Kudus ini bak rumah yang terbakar baru depannya saja.

“Jangan sampai kita tunggu api melahap seluruh rumah baru kita berbuat sesuatu karena akan sangat terlambat," kata Moeldoko dalam keterangan tertulis, Senin (7/6).

Tak mau ketinggalan sejumlah pemuda yang tergabung dalam karang taruna Tunas Muda Desa Wates, Kecamatan Undaan menggelar sayembara penemu obat Covid-19 berhadiah 10 sepeda motor bekas. Sayembara itu merupakan wujud keresahan para pemuda karena masih terdapat sejumlah warga yang belum percaya virus corona.

Tentang sayembara, mengingatkan kearifan Sunan Kudus. Salah satu Wali Sanga yang hidup tahun 1500 an itu dikisahkan mampu mengusir wabah penyakit di Kota Mekkah.

Sewaktu menunaikan ibadah haji, dan kebetulan  di sana ada wabah penyakit. Penguasa negeri mengadakan sayembara bagi siapa saja yang berhasil melenyapkan wabah penyakit itu akan diberi hadiah harta benda yang cukup besar jumlahnya.

Sunan Kudus menghadap penguasa negeri itu. "Anda telah menjanjikan hadiah yang menggelapkan mata hati mereka sehingga doa mereka tidak ikhlas.

Mereka berdoa hanya karena mengharap hadiah bisa jadi," kata Sunan Kudus, menjelaskan penyebab mengapa puluhan pendoa sudah berupaya tapi wabah belum lenyap.

Akhirnya Sunan Kudus dipersilahkan melaksanakan niatnya. Secara khusus Sunan Kudus berdoa dan membaca beberapa amalan.

Dalam tempo singkat, wabah penyakit yang menyerang negeri Arab telah menyingkir. Bahkan beberapa orang yang menderita sakit keras secara mendadak langsung sembuh.

Sang penguasa senang, dan hadiah yang dijanjikannya bermaksud diberikan kepada Sunan Kudus, namun ia menolak dengan halus sekali. Sunan Kudus hanya meminta sebuah batu  dari Baitul Maqdis. Sang Amir pun mengizinkannya. Batu itu dibawa ke Tanah Jawa, dipasang di pengimaman Masjid Kudus.

Ya, Kudus yang dulu bernama Tajug (atap berbentuk piramidal atau limas bujur sangkar) ini sedang ‘terbakar’. Semua pihak bahu-membahu berupaya memadamkanya. Tentunya dengan hati bersih, tanpa pamrih, agar padamnya tak menyisakan ‘puing-puing’. Seperti teladan Sunan Kudus. (*)

Baca juga: Polisi yang Bersitegang dengan Paspampres saat Penyekatan PPKM Darurat Diperiksa Propam

Baca juga: Angka Penularan Virus Corona Dekati 40 Ribu Orang Per Hari, Pemerintah Siap-siap Minta Bantuan China

Baca juga: Korupsi Bansos di Massa Pandemi di Level Desa, Perangkat Gelapkan Rp 93 Juta Uang untuk Lansia

Baca juga: Daftar Top Skor Euro 2020, Harry Kane Butuh Dua Gol untuk Gusur Ronaldo di Puncak, Sterling?

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved