Berita Jawa Tengah
Cegah Kematian Pasien Isoman, Gubernur Ganjar Pranowo Minta Satgas Jogo Tonggo Dioptimalkan
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, meminta seluruh jajaran satgas Penanganan Covid-19 di Jawa Tengah mengoptimalkan peran satgas Jogo Tonggo.
Penulis: Desta Leila Kartika | Editor: moh anhar
TRIBUNJATENG.COM, SLAWI – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, meminta seluruh jajaran satgas Penanganan Covid-19 di Jawa Tengah mengoptimalkan peran satgas Jogo Tonggo untuk menekan risiko kematian pasien isolasi mandiri (isoman).
Hal tersebut disampaikannya pada acara konferensi video bersama Wakil Presiden Ma’ruf Amin, Jumat (23/7/2021) yang juga disaksikan Bupati Tegal Umi Azizah dari rumah dinasnya bersama unsur Forkopimda Kabupaten Tegal.
Ganjar mengungkapkan, kasus kematian pada pasien isoman di rumah lebih disebabkan keengganan dan keterlambatan warga isoman melapor saat alami gejala.
Awalnya, pasien isoman tidak melapor saat mengalami gejala sakit ringan, namun secara tiba-tiba memburuk sehingga membuatnya tidak sempat tertangani dan meninggal dunia.
Baca juga: Bisa Jadi Contoh, Resepsi Nikah Pakai Prokes Ketat: Makanan Dibungkus, Ada 2 Jalur Lintasan Tamu
Baca juga: 40 Warga PSHT Hendak Tawuran Terjaring Razia, 24 Motor untuk Konvoi Diamankan Polisi
Baca juga: Tinjau kurikulum Akuntansi Logistik, Harus Berkiblat pada Peta Okupansi untuk Persiapkan SDM Andal
“Ada juga yang sakit dan gejalanya sudah mengarah ke Covid-19, tetapi tidak mau diswab dan semakin memburuk akhirnya meninggal dunia. Setelah meninggal, dilakukan swab ternyata hasilnya positif,” ungkap Ganjar, dalam rilis yang diterima Tribunjateng.com, Minggu (25/7/2021).
Menindaklanjuti ini, Ganjar pun meminta agar bupati dan walikota se-Jawa Tengah bisa meningkatkan peran satgas Jogo Tonggo yang dinilainya strategis untuk mencegah kematian pada pasien isoman.
Sementara Wapres Amin menilai, masih tingginya penambahan kasus baru dan kasus meninggal di Jawa Tengah lebih disebabkan karena penanganan di sisi hulunya yang belum tepat.
Akibatnya, rumah sakit mengalami kekurangan tempat tidur, oksigen, tenaga kesehatan, ruang isolasi, dan ICU.
”Berapa pun di hilir itu kita sediakan tidak akan bisa mencukupi kalau hulunya tak tertangani dengan baik,” kata Wapres Amin.
Ia pun meminta seluruh jajaran Satgas Penanganan Covid-19 di Jateng bekerja ekstra keras di sektor hulu yang mencakup optimalisasi pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), penerapan protokol kesehatan, pelaksanaan 3T (testing, tracing, dan treatment), dan program vaksinasi.
Menanggapi itu, Ganjar mengakui adanya sejumlah kendala penanganan pandemi di hulu seperti rasio tracing atau pelacakan yang masih cukup kecil, yaitu satu banding tiga.
Baca juga: Alhamdulillah Cair Rp 300 ribu, Penyaluran BLT Dana Desa di Kudus Sasar 21.706 Penerima Manfaat
Baca juga: Bupati Tegal Umi Azizah: Jogo Tonggo Benteng Ketahanan Sosial yang Tak Boleh Rapuh.
Menurutnya, hal tersebut disebabkan keterbatasan jumlah petugas kesehatan dan peralatan serta sulitnya mendapatkan orang-orang yang mau dilacak.
Ganjar pun mengungkapkan cakupan vaksinasi di wilayahnya juga masih rendah. Hal ini karena keterbatasan jumlah alokasi vaksin yang diterima dari Kementerian Kesehatan RI.
”Saya laporkan pak Wapres, masyarakat di Jawa Tengah ini berebut untuk divaksin. Kawan-kawan bupati, walikota itu semua rindu vaksin,” ujarnya.
Meski demikian, ia terus mendorong percepatan vaksinasi di sejumlah daerah yang capaiannya belum memadai dengan melibatkan unsur TNI-Polri.
Sejauh ini ada lima daerah di Jawa Tengah yang perlu percepatan untuk penyuntikan dosis pertama, yakni Kabupaten Magelang, Banjarnegara, Kabupaten Pekalongan, Brebes, dan Kabupaten Tegal.
Sedangkan untuk dosis kedua, Kabupaten Pekalongan, Jepara, Kendal, Brebes, dan Kabupaten Tegal.
Ditemui usai acara, Umi menjelaskan penyebab rendahnya angka capaian vaksinasi di Kabupaten Tegal lebih dikarenakan pasokan vaksin masih terbatas, belum sebanding dengan jumlah penduduk Kabupaten Tegal yang mencapai 1,59 juta jiwa atau terbesar kelima di Jawa Tengah.
“Pasokan vaksin dari pusat atau yang akhir-akhir ini dari provinsi jumlahnya terbatas dan relatif sama alokasinya dengan kabupaten atau kota lain yang penduduknya sedikit,” jelas Umi.
Senada dengan itu, Juru Bicara Penanganan Satgas Covid-19 Kabupaten Tegal Sarmanah Adi Muraeny, menambahkan jika dari sisi tenaga vaksinator jumlahnya masih mencukupi.
Sarmanah menjelaskan jumlah vaksinator di Kabupaten Tegal ada 1.699 orang, dimana 1.662 orang dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, 30 orang dari TNI, dan 7 orang dari kepolisian.
“Dalam sehari, kita bisa menyuntikkan rata-rata tiga hingga empat ribu dosis dan maksimal pernah sampai 5.779 dosis,” terang Sarmanah.
Baca juga: Ini Link Live Streaming Angkat Besi Olimpiade 2021, Eko Yuli dan Deni Berpeluang Tambah Medali
Baca juga: Sprinter Andalan Indonesia Zohri Tiba di Jepang, Siap Tanding dalam Olimpiade Tokyo 2020
Ditanya kendala distribusi vaksin, Sarmanah mengatakan jika tidak ada kendala pendistribusian vaksin ke Puskesmas.
“Distribusi vaksin ke Puskesmas sejauh ini tidak ada masalah,” tegasnya.
Lebih lanjut, Sarmanah menuturkan realisasi penyuntikan vaksin di Kabupaten Tegal sudah mencapai 178.818 dosis, dengan rincian 119.361 dosis untuk vaksin pertama dan 59.457 dosis untuk vaksin kedua.
Ia pun mengimbau, warga yang belum melakukan vaksinasi dapat mendaftarkan diri terlebih dahulu ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.
Bisa Puskesmas, rumah sakit atau klinik kesehatan yang sudah dirujuk Pemkab Tegal. Syaratnya cukup membawa kartu tanda penduduk. (*)