Berita Semarang
Cerita Dedi, Rigger Istaller BTS Pencakar Langit, 40 Persen Nyawa Bergatung Doa & Keyakinan
Dalam sekejap pria 31 tahun itu sudah menginjakkan kakinya di tengah tower, ia terlihat sangat lihat dalam hal memanjat serta menggunakan alat keamana
Penulis: budi susanto | Editor: m nur huda
Dilanjutkan pria ramah itu, selain membutuhkan stamina dan konsentrasi, cuaca tak menentu juga menjadi tantangan dalam melaksanakan tugasnya.

“Seperti sekarang cuaca sangat panas, membuat stamina terkuras. Dehidrasi menjadi momok menakutkan kalau cuaca seperti ini, bahkan beberapa rigger tak jarang pingsan saat di atas tower karena kekurangan cairan, apalagi berjam-jam di atas ketinggian,” jelasnya.
Dedi menuturkan, peralatan sangat berperan untuk keamanan para rigger ketika melaksanakan tugasnya.
“Kalau dipresentasekan seberapa berperannya alat untuk menunjang keselamatan rigger, ya perlatan di angka 30 persen, keahlian 30 persen, sisanya doa dan keyakinan,” tuturnya sembari tertawa.
Tower BTS yang ia panjat di wilayah Banyumanik, merupakan lokasi pertama dari tiga tower yang akan ia kerjakan.
“Hari ini ada tiga tower BTS, kebetulan lokasinya di Semarang semua. Biasanya di luar daerah dan lokasinya di atas bukit. Kalau di perkotaan seperti sekarang ya enak tak perlu jalan jauh,” ucap Dedi yang biasanya mengerjakan 10 tower dalam sepekan itu.

Sembari mengemasi peralatannya, Dedi mengatakan tidak semua orang mau melakoni profesi solo rigger installer BTS, lantaran resiko yang dihadapi sangat besar.
“Tidak semua mau, ada yang hanya satu bulan, bahkan saat dihadapkan tower tinggi ada yang menyerah dan keluar. Kalau saya kebalikannya, merasa tenang saat ada di ketinggian apalagi pemandangannya indah,” imbuhnya sembari melangkah pergi menuju lokasi lainya.(*)