Berita Semarang
Cerita Fita Penyandang Autoimun Jadi Relawan Pemulasaraan Jenazah Covid-19 Khusus Perempuan
Sejumlah perempuan di Kota Semarang bergabung menjadi relawan pemulasaraan jenazah Covid-19 di Kota Semarang.
Penulis: iwan Arifianto | Editor: moh anhar
Tak ada keahlian sama sekali baginya untuk melakukan pemulasaraan.
Akan tetapi melihat kondisi jenazah tersebut ia memberanikan diri.
"Menyobek kain kafan saja baru pertama kali seumur hidup. Takut tentu ada tetapi niat menolong sesama lebih besar dari rasa takut, pikir ku ketika itu yang penting sesuai SOP pakai hazmat dan bungkus mayat dengan plastik dan kain kafan. Jujur itu pengalaman tak terlupakan, wajah almarhumah juga masih saya ingat betul hingga sekarang," terangnya.
Ia mengatakan, pengalaman pertama kali melakukan pemulasaraan jenazah Covid-19 perempuan memantiknya untuk menjadi relawan pemulasaraan.
Ia bertekad untuk mengabdikan diri untuk melayani masyarakat yang membutuhkan pemulasaraan jenazah Covid-19 perempuan.
"Layanan pemulasaraan ini gratis karena dari relawan. Bahkan, kami juga sediakan peti jenazah gratis yang diback up Pemkot Semarang," terangnya.
Baca juga: Video Peserta Pelatihan Batik Ecoprint Antusias
Baca juga: Bupati Banjarnegara Santai Kantor dan Rumah Dinas Digeledah KPK, Budhi Sarwono Bagi Bansos Warga
Selanjutnya, ia kemudian diperkenalkan ke Dokter di RSUP Kariadi yang berkompeten menangani pemulasaraan.
"Habis itu saya dilatih hingga mahir melakukan pemulasaraan. Tak hanya itu, kami juga dibuatkan tim khusus pemulasaraan Covid-19 perempuan beranggotakan empat orang," terangnya.
Menurutnya, tiga orang lainnya di tim tersebut masing-masing Suminah , Dede , dan Nanik.
Dua orang yakni Suminah dan Nanik memang sudah menjadi tim pemandi jenazah sebelum ada Covid-19.
Mereka tentu hanya perlu penyesuaian sedikit lantaran sudah ahli di bidang tersebut.
"Saya dan Bu Dede yang baru terjun di bidang tersebut, kami kompak saling mengisi satu sama lain. Untuk jenazah Covid-19 perempuan muslim maupun non muslim juga sudah kami bagi sesuai agama kami masing-masing agar mengurusnya lebih gampang," terangnya.
Ia menuturkan, selepas mendapatkan pelatihan pemulasaraan Covid-19 perempuan setiap hari selalu mendapatkan panggilan pemulasaraan.
Awalnya, ia melakukan tugas tersebut khusus di wilayah Semarang Barat namun angka kematian Covid-19 yang melonjak di Mei dan Juli lalu memaksanya harus memenuhi panggilan pemulasaraan di Kecamatan lainnya.
Ia menyebut, kala itu setiap hari pasti menangani jenazah Covid-19 dari satu sampai tujuh jenazah.