Berita Kudus
Jarang Produsen yang Bikin, Kain Ecoprint Jadi Peluang Usaha Besar di Kudus
Minimnya produsen kain ecoprint menjadi peluang usaha yang menggairahkan di Kabupaten Kudus.
Penulis: raka f pujangga | Editor: moh anhar
TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Minimnya produsen kain ecoprint menjadi peluang usaha yang menggairahkan di Kabupaten Kudus.
Hal itu disampaikan Owner Pratesthi Batik, Pintya Dwanita Ayu disela-sela Pelatihan Ecoprint Lanjutan, di Hotel @Hom, Rabu (11/8/2021).
"Produsen ecoprint ini terbilang masih sedikit, jadi bisa menjadi peluang usaha yang besar," jelas dia.
Segmen pasar yang terbesar untuk kain ecoprint tersebut, kata dia, berasal wilayah Pulau Jawa.
"Pasar yang terbesar ecoprint memang masih di domestik, Jawa ke arah Jakarta. Karena produk ini juga masih terbilang baru," ucap dia.
Baca juga: Perang Baliho Bergambar Wajah Politikus di Batang, Ini Tanggapan Partai Golkar
Baca juga: Tes Keperawanan dalam Rekrutmen Prajurit Wanita Dihapus, Ini Kata Jenderal Andika Perkasa
Baca juga: Pemkot Solo Mulai Vaksinasi Ibu Hamil dan Menyusui, Targetkan 1.000 Orang Divaksin
Dia mengatakan, peluang usaha ecoprint tersebut beragam tidak hanya pada bidang fashion.
Namun, produk ecoprint juga bisa menjadi sejumlah barang home decor, aksesoris dan lainnya.
"Produksinya bisa bermacam-macam. Tinggal kita mau ke mana," ujar dia.
Harganya juga bisa bersaing dengan produk batik yang memiliki nilai harga jual cukup tinggi.
Biasanya, dia bisa menjual produk fashion itu sebesar Rp 275 ribu hingga Rp 1,5 juta per potong.
"Setiap orang bisa menjual produknya sesuai keinginan dengan harga yang bagus," kata dia.
Namun, diakuinya karena menggunakan bahan alami maka rawan terjadi peluruhan warna.
"Biasanya dua tahun warnanya akan memudar, tapi itu umum terjadi tidak hanya ecoprint. Warna sintetis juga bisa pudar," jelasnya.
Dia berharap, pelatihan yang diberikan dapat berguna bagi pesertanya dalam mengembangkan inovasi produk.
"Pelatihan ini diberikan untuk menjawab kebutuhan produsen yang ingin menciptakan botanical print lanjutan," kata dia.
Peserta pelatihan, Rina Fajar antusias mengikuti pelatihan ecoprint selama empat hari.
"Pelatihannya bagus, semoga produknya menang dan bisa dipajang dalam pameran," kata dia.
Dalam menghasilkan karyanya, dia menggunakan beragam dedaunan kalpataru, tabebuya, jarak, dan wulung.
Bahkan, untuk menambahkan aksen motif pada kain. Rina memakai remah-remah dari greentea dan secang.
"Nanti biar muncul warna hijau dari greentea dan kuningnya dari secang," kata pemilik Unique and Chic.
Sementara itu, Kepala Dinas Tenaga Kerja, Perindustrian, Koperasi dan UKM (Disperinkop dan UKM) Kudus, Rini Kartika menjelaskan, karya terbaik dari peserta akan dipamerkan di Dekranasda Provinsi Jawa Tengah.
Baca juga: Belum Sesuai Target, Tingkat Ketercapaian Vaksin Ibu Hamil di Banyumas Baru Mencapai 57 Persen
Baca juga: Pesan Patriotisme dan Penghijauan dalam Pengibaran Merah Putih di Puncak Cangkraman Patiayam Kudus
Baca juga: Bagaimana Jika Tidak Tahu Positif Covid-19 Saat Divaksin, Apa Dampaknya?
"Hasil karya terbaik akan kami bawa ke Provinsi Jateng untuk dipamerkan," ujarnya.
Dia berharap pelatihan itu dapat membangkitkan inovasi kegiatan konveksi yang meliputi batik, bordir, ecoprint dan lainnya.
"Apalagi produsen di Kudus yang memakai ecoprint masih sedikit," ujar dia. (*)