Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Cilacap

Pasca Gempa 4,8 SR, Warga Desa Ayah Bangun Jalur Evakuasi Antisipasi Terjadi Tsunami

Pernah punya pengalaman pahit saat terjadi gempa dan tsunami Pandanaran 2006, warga Cilacap petakan jalur evakuasi bencana.

Penulis: khoirul muzaki | Editor: moh anhar
TAGANA KEBUMEN
Pemetaan jalur evakuasi di Kecamatan Ayah, Kebumen, Selasa (11/8/2021) 

TRIBUNJATENG.COM, KEBUMEN - Gempa bumi dengan magnitudo  4,8 SR pada kedalaman 15 kilometer di selatan kota Cilacap dirasakan sebagian warga di wilayah Kabupaten Kebumen. 

Senin (9/8/2021) sekitar pukul 21.55 WIB, warga Desa Ayah umumnya sedang santai di rumah. Tetapi kejadian gempa tiba-tiba mengusik ketenangan mereka.  

Warga berhamburan keluar rumah.

Mereka berkumpul di luar rumah atau jalan raya. 

Sarno, warga RT 4 RW 2, Dukuh Logending, Desa Ayah, Kecamatan Ayah mengatakan, saat terjadi gempa kemarin, sebagian warga lari keluar rumah. 

Baca juga: Biaya Umrah Jadi Rp 60 Juta dan Ada Syarat Tak Masuk Akal dari Arab Saudi, Apa Upaya Pemerintah?

Baca juga: DKK Kudus Mewaspadai Penyuntikan Vaksin Astrazeneca: Banyak yang Alami KIPI

Baca juga: Polisi Temukan Tempat Karaoke di Pati Nekat Buka saat PPKM, Langsung Kena Denda

"Kalau ada gempa masyarakat lari keluar. Karena dulu pernah sih, pas ada tsunami 2006," katanya

Gempa Senin lalu dirasakan cukup kuat oleh warga setempat.

Sudah lama warga tidak merasakan getaran gempa seperti itu. 

Wajar saja warga sigap meninggalkan rumah saat gempa. 

Mereka pernah punya pengalaman pahit saat terjadi gempa dan tsunami Pandanaran 2006.

Hingga bencana itu merusak sejumlah bangunan warung warga. 

Mereka tak ingin bencana itu terulang.

Rasa trauma nyatanya tak mudah hilang.

Tetapi dari situ muncul kesadaran bagi mereka untuk mengurangi risiko bencana yang akan datang. 

Bagaimanapun, gempa tidak bisa diprediksi terjadinya kapan.

Warga harus selalu siap untuk mengantisipasi terjadinya bencana alam. 

Dari pengalaman gempa kemarin, juga tsunami 2006, kini warga dibantu berbagai unsur  semisal Tagana, BPBD, Destana, hingga TNI/Polri  bahu membahu membuat jalur evakuasi

"Pengalaman kasus tsunami 2006, dan gempa kemarin, kami ingin buat jalur evakuasi, " katanya.

Pihaknya masih memetakan titik kumpul dan jalur evakuasi.

Ia mengatakan, wilayahnya berada cukup dekat dengan hutan yang lokasinya lebih tinggi dari pemukiman. 

Jalur evakuasi akan diarahkan ke hutan atau bukit di dekat desa.

Adapun opsi titik kumpul berada di terminal. 

Rambu-rambu jalur evakuasi dan titik kumpul itu akan menjadi petunjuk bagi warga ketika bencana alam terjadi sewaktu-waktu. 

Baca juga: Dr Aqua Dwipayana: Di Tengah Pandemi, Tenaga Medis Harus Terus Tumbuhkan Jiwa Melayani Sepenuh Hati

Baca juga: Bikin Aksi Humanis, Kapolres Wonogiri Bagikan Bansos sembari Sosialisasi Ketertiban selama PPKM

Baca juga: Evakuasi Navara Terperosok Jurang di Kemuning Karanganyar Butuh Waktu 4 Jam, Ditarik 3 Jeep

Mereka akan tahu kemana harus berkumpul dan lari untuk menyelamatkan diri ketika bencana datang. 

"Kalau dulu karena belum ada petunjuk evakuasi, warga lari ke sembarang tempat, " katanya. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved