Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Nasional

Gus Nur Telah Bebas dari Rutan Bareskrim karena Masa Pidana Habis

Sugi Nur Raharja alias Gus Nur sudah dibebaskan dari Rumah Tahanan Bareskrim Polri, Selasa (24/8/2021) karena masa pidana telah berakhir.

Editor: m nur huda
TRIBUN MADURA/SYAMSUL ARIFIN
Sugi Nur Raharja alias Gus Nur memberi keterangan sebelum sidang di Ruang Candra, PN Surabaya, Kamis (23/5/2019). 

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Sugi Nur Raharja alias Gus Nur sudah dibebaskan dari Rumah Tahanan Bareskrim Polri, Selasa (24/8/2021) karena masa pidana telah berakhir.

Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Divisi Humas Polri Kombes Pol Ahmad Ramadhan membenarkan Gus Nur sudah dibebaskan.

Terpidana kasus dugaan ujaran kebencian dan penghinaan terhadap Nahdlatul Ulama (NU) itu dibebaskan karena masa pidana telah habis.

"Pukul 10.00 WIB pagi tadi yang bersangkutan (Gus Nur) telah dijemput oleh jaksa eksekutor dari Rutan Bareskrim Polri," kata Ramadhan, dikutip dari Antara, Selasa.

Ramadhan mengatakan, Kepala Rutan Bareskrim Polri telah menerima surat dari Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan perihal permintaan untuk mengeluarkan Gus Nur dari tahanan.

"Atas surat dari Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan yang isi suratnya memerintahkan Karutan Bareskrim Polri untuk mengeluarkan saudara Gus Nur dari rutan karena masa pemidanaan sudah habis," kata Ramadhan.

Gus Nur diduga menyebarkan informasi yang menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan berdasarkan SARA dan penghinaan.

Pernyataan Gus Nur diunggah dalam sebuah akun Youtube pada 16 Oktober 2020.

Kemudian, Ketua Pengurus NU Cabang Cirebon Azis Hakim melaporkan Gus Nur ke Bareskrim Polri yang terdaftar dengan nomor laporan LP/B/0596/X/2020/Bareskrim tertanggal 21 Oktober 2020.

Selain itu, Aliansi Santri Jember juga melaporkan Gus Nur ke Polres Jember, Senin (19/10/2020). Gus Nur dilaporkan karena diduga menghina NU dalam sebuah video wawancara dengan Refly Harun di YouTube.

“Kami melaporkan atas komentarnya di media sosial YouTube saat acara bersama Saudara Refly Harun,” kata Ketua Dewan Pembina GP Ansor Jember Ayub Junaidi.

Pernyataan yang dinilai menghina ialah saat Gus Nur mengumpamakan NU sebagai bus umum yang sopirnya mabuk, kondekturnya teler, kernetnya ugal-ugalan, dan isi busnya yakni PKI, liberal, dan sekuler.

Gus Nur didakwa melanggar Pasal 45A ayat (2) jo Pasal 28 ayat (2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) dan Pasal 45 ayat (3) jo Pasal 27 ayat (3) UU ITE.

Majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menjatuhkan vonis 10 bulan dan denda Rp50 juta terhadap Gus Nur, pada 30 Maret 2021.

Tak Ajukan Eksepsi

Sebelumnya, terdakwa dugaan ujaran kebencian terhadap Nahdlatul Ulama (NU), Sugi Nur Rahardja alias Gus Nur tidak mengajukan eksepsi atau pembelaan atas tuduhan Jaksa Penuntut Umum (JPU).

Kuasa hukum Gus Nur, Eggi Sudjana mengatakan mengajukan eksepsi atau tidak, hasilnya akan tetap sama. Yakni tak akan menjadi perhatian atau pertimbangan hakim hingga berujung penolakan.

"Dalam perspektif hukum proses ini tidak equal. Titik beratnya mereka sepertinya bersatu melawan kami. Padahal punya fungsi yang berbeda.

Sebelum memutus harusnya kami dong yang diperhatiin. Kenapa enggak eksepsi karena kami udah hopeless. Nggak bakal diperhatiin," kata Eggi ditemui usai sidang pembacaan dakwaan Gus Nur, di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (19/1/2021).

Sehingga kata dia daripada hanya membuang waktu, lebih baik langsung dibuktikan lewat persidangan yang membahas pokok perkara.

"Jadi langsung saja ke pembuktian," ujarnya.

Kendati ingin segera bersidang, Eggi menyampaikan bahwa pihaknya tidak diberikan berita acara pemeriksaan (BAP) oleh pihak kejaksaan.

Padahal lewat BAP tersebut pihaknya dapat membuktikan apa yang menjadi pokok perkara, dan menyampaikan argumen - argumen hukum atas poin dakwaan.

Persoalan ini ia sebut jadi salah satu bentuk kezaliman yang ditunjukkan oleh penegak hukum.

Terlebih hakim PN Jaksel meminta kubu Gus Nur sudah harus menyiapkan pembelaan dalam sidang lanjutan yang digelar pekan depan, tanpa diberi BAP tersebut.

"Lihat sendiri kita BAP nggak dikasih. Terus dikondisikan minggu depan harus ada pembelaan. Itu kezaliman tersendiri. Poinnya adalah kita berada dalam posisi tidak dapat keadilan. Susah sekali dapat keadilan," pungkas dia.

Dakwaan Jaksa Penuntut Umum (JPU)

Jaksa Penuntut Umum (JPU) mendakwa Sugi Nur Rahardja alias Gus Nur dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras dan antargolongan (SARA).

Gus Nur didakwa melanggar Pasal 45A ayat (2) jo Pasal 28 ayat (2) Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

Ia diancam pidana sebagaimana Pasal 45 ayat (3) jo Pasal 27 ayat (3) Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

Dakwaan ini merujuk pada wawancara Gus Nur dalam akun Youtube MUNJIAT Channel, yang berisi pembicaraan antara saksi Rafly Harun dengan Terdakwa.

Video sesi wawancara itu dibuat Gus Nur bersama Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun pada tanggal 16 Oktober 2020 lalu di Sofyan Hotel, Jl Prof. DR Soepomo, Tebet Barat.

Jaksa menyatakan akun Youtube tersebut adalah milik Gus Nur yang dibuat lima tahun lalu.

Diketahui Gus Nur ditetapkan sebagai tersangka atas tudingan menyebarkan ujaran kebencian terhadap Nahdlatul Ulama (NU).

Ia ditangkap di rumahnya yang berada di Sawojajar, Kecamatan Pakis, Malang, Jawa Timur pada Sabtu (24/10) usai Nahdlatul Ulama (NU) melaporkan dirinya lantaran dianggap menyebarkan informasi yang dapat menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan, dan bermuatan SARA serta penghinaan.

Pernyataan Gus Nur yang dianggap mengandung SARA dan penghinaan itu ada dalam video wawancaranya bersama Refly Harun dalam akun Youtube MUNJIAT Channel, pada 16 Oktober 2020 lalu.

Ketua Pengurus NU Cabang Cirebon Azis Hakim melaporkan Gus Nur ke Bareskrim Polri dengan nomor laporan LP/B/0596/X/2020/BARESKRIM.

Selain Ketua Pengurus NU Cabang Cirebon, PP Gerakan Pemuda (GP) Ansor juga melaporkan Gus Nur ke Bareskrim Polri atas tuduhan yang sama. Gus Nur dianggap melecehkan NU dalam video wawancaranya bersama Refly Harun.(*Kompas.com/Tribunnews)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Masa Pidana Habis, Gus Nur Bebas dari Rutan Bareskrim

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved