Berita Internasional
Saya Melihat Kiamat, Kesaksian Korban Ledakan Bom di Bandara Kabul Afghanistan
"Saya melihat tubuh, bagian tubuh, pria, wanita dan anak-anak tua dan terluka berserakan di lokasi ledakan,” ujarnya.
TRIBUNJATENG.COM, KABUL – Ledakan bom terjadi di bandara Kabul, Afghanistan Kamis (26/8/2021) sore.
Inilah kesaksian mantan karyawan kelompok pembangunan internasional yang menggunakan visa imigran khusus AS untuk bisa pergi dari Afghanistan yang kini dikuasai Taliban.
Pria ini bergabung dengan ribuan orang yang sudah berhari-hari di sekitar bandara.
Baca juga: Kami Merasa Bukan Manusia Lagi, Kata Insinyur Afghanistan yang 8 Tahun Terlunta-lunta di Indonesia
Meski evakuasi Amerika Serikat tinggal beberapa hari, ia tetap berharap visanya mampu membuatnya diangkut pesawat udara Amerika Serikat di hari-hari akhir pasukan
Ia sendiri sudah sekitar 10 jam berada di dekat Gerbang Biara Bandara di Kabul.
Meski AS, Inggris, Australia telah mengingatkan warga agar menjauhi gerbang ini karena ancaman teroris, ia tetap bertahan.
Nahas, sekitar pukul 17.00 waktu setempat, sebuah ledakan kuat membuatnya syok.
"Seolah-olah seseorang menarik tanah dari bawah kaki saya; untuk sesaat saya pikir gendang telinga saya pecah, dan saya kehilangan indra pendengaran saya," kata pria itu.
"Saya melihat tubuh dan potongan tubuh beterbangan di udara, seperti angin puting beliung membawa kantong plastik... ke udara.
Saya melihat tubuh, bagian tubuh, pria, wanita dan anak-anak tua dan terluka berserakan di lokasi ledakan,” ujarnya.
Tak pernah terbayangkan ketakutan yang dirasakannya saat itu.
"Tidak mungkin melihat kiamat dalam kehidupan ini, tetapi hari ini, saya melihat hari kiamat, saya menyaksikannya dengan mata kepala sendiri,” katanya, seperti dilansir dari The Straits Times.
Pria itu tidak ingin disebutkan namanya.
Banyak yang terkait dengan pemerintah yang didukung Barat dan kelompok masyarakat sipil yang tumbuh di sekitarnya takut akan pembalasan dari Taliban yang kini menguasai Afghanistan.
Taliban telah berusaha meyakinkan warga Afghanistan bahwa mereka akan menghormati hak-hak mereka dan tidak akan membalas dendam. Tapi tetap saja warga masih trauma atas pemerintahan Taliban akhir 1990-an lalu.