Dongeng Asal Mula Hanacaraka, Kisah Ajisaka dan Tewasnya Dora-Sembada
Asal mula aksara jawa erat kaitannya dengan Legenda Ajisaka, seorang pemuda sakti dari Majethi bersama dua orang punggawa (abdi) setianya yaitu Dora
Penulis: Puspita Dewi | Editor: abduh imanulhaq
Oleh karena terus menerus makan daging manusia, sifat Dewatacengkar berubah 180 derajat.
Dia berubah menjadi raja yang kejam lagi bengis.
Daging yang disantapnya sekarang adalah daging rakyatnya.
Rakyatnya pun sekarang hidup dalam ketakutan. Tak satupun rakyat berani melawannya, begitu juga sang patih kerajaan.
Saat itu juga Ajisaka dan Dora tiba di kerajaan Medhangkamulan.
Mereka heran dengan keadaan yang sepi dan menyeramkan.
Dari seorang rakyat, beliau mendapat cerita kalau raja Medhangkamulan gemar makan daging manusia. Ajisaka menyusun siasat.
Dia menemui sang patih untuk diserahkan kepada Dewatacengkar agar dijadikan santapan. Awalnya sang patih tidak setuju dan kasihan.
Tetapi Ajisaka bersikeras dan akhirnya diizinkan.
Dewatacengkar keheranan karena ada seorang pemuda tampan dan bersih ingin menyerahkan diri.
Ajisaka mengatakan bahwa dia mau dijadikan santapan asalkan dia diberikan tanah seluas ikat kepalanya dan yang mengukur tanah itu harus Dewatacengkar.
Sang prabu menyetujuinya. Kemudian mulailah Dewatacengkar mengukur tanah. Saat digunakan untuk mengukur, tiba-tiba ikat kepala Dewatacengkar meluas tak terhingga.
Kain itu berubah menjadi keras dan tebal seperti lempengan besi dan terus meluas sehingga mendorong Dewatacengkar.
Dewatacengkar terus terdorong hingga jurang pantai laut selatan. Dia terlempar ke laut dan seketika berubah menjadi seekor buaya putih. Ajisaka kemudian dinobatkan menjadi raja Medhangkamulan.
Setelah penobatan, Ajisaka mengutus Dora pergi ke pulau Majethi untuk mengambil pusaka andalannya. Kemudian pergilah Dora ke pulau Majethi.