Berita Regional
Warga Terpapar Paham NII Tersebar di Sejumlah Kecamatan di Garut, MUI: Lebih Berbahaya dari ISIS
"Ini sangat krusial yang harus segera ditangani, kelompok NII ini lebih berbahaya daripada ISIS (Islamic State of Iraq and Syria)," ujar Sirodjul.
TRIBUNJATENG.COM, GARUT - Sejumlah warga Garut, Jawa Barat, terpapar paham radikal Negara Islam Indonesia (NII).
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Garut memiliki datanya.
Menurut data tersebut, tidak hanya warga Kelurahan Sukamentri saja yang terpapar NII, namun tersebar di sejumlah kecamatan di Kabupaten Garut.
Baca juga: 59 Anak di Garut Diduga Dibaiat NII, Sebut NKRI Tagut dan Tak Mau Sekolah
Sekretaris MUI Garut, Aceng Amirudin mengatakan warga Garut yang terpapar paham tersebut salah satunya berada di Kelurahan Regol Kecamatan Garut Kota.
"Ada juga di Kecamatan Cibatu, di Limbangan juga ada," ujarnya saat dihubungi Tribunjabar.id, (7/10/2021).
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Garut, Wahyudijaya mengatakan faktor NII bisa mempengaruhi anak-anak diantaranya karena ekonomi hingga pengetahuan agama yang kurang.
“Akhirnya mereka mencari jati diri. Kebetulan ada orang yang memberikan kenyamanan. Karena dia pemahamannya kurang, seolah olah yang ditawarkannya itu benar," ujarnya.
Menurutnya 59 orang yang diduga terpapar radikalisme NII di Kelurahan Sukamentri saat ini sedang dalam pembinaan secara intensif yang melibatkan tokoh masyarakat dan ulama.
"Kita juga pemerintah daerah akan melakukan pembinanan-pembinaan dengan melakukan pembinaan secara intensif," ungkapnya.
Lebih Berbahaya
Negara Islam Indonesia (NII) diduga mencari pengikut di Garut, Jawa Barat.
Sejumlah anak dan remaja bahkan sudah dibaiat.
Misalnya saja di Kelurahan Sukamentri, Kecamatan Garut Kota.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Garut, KH Sirodjul Munir, mengatakan paham radikal NII di Garut sudah berada dalam tahap krusial dan harus segera ditangani.
"Ini sangat krusial yang harus segera ditangani, kelompok NII ini lebih berbahaya daripada ISIS (Islamic State of Iraq and Syria)," ujar Sirodjul saat diwawancarai Tribunjaba.id, Kamis
(7/10/2021).
NII, menurutnya, mempunyai modal yaitu saat mengisi kekosongan pemerintah Indonesia di Jawa Barat setelah hijrah ke Yogyakarta.
Saat itu, pada Februari 1948, di Desa Pangwedusan Cisayong, Tasikmalaya, perbatasan dengan Malangbong, Garut, atau yang dikenal dengan segitiga Garut diadakan pertemuan yang disebut dengan Konferensi Cisayong.
Dalam pertemuan tersebut hadir Hizbullah, Sabilillah, dan Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) yang menyepakati pembentukan Tentara Islam Indonesia (TII).
Negara Islam saat itu belum terbentuk. Kartosoewirjo saat itu menahan diri untuk melawan kekuasaan Republik Indonesia.
Setelah Agresi Militer Belanda II, baru lah Kartosoewirjo membentuk negara baru yakni Negara Islam Indonesia sebagai dalih atas serangan militer Belanda atas
Indonesia.
"Maka divonis oleh negara bahwa kelompok ini merupakan kelompok yang melakukan kudeta atau mendirikan negara," ucap Munir.
MUI bersama Forkopimda Garut saat ini tengan fokus berkoordinasi untuk segera menuntaskan permasalahan NII.
Menurutnya, jika dibiarkan akan lebih berbahaya.
"Saya sudah hampir tiap rapat koordinasi, membahas kondisi Garut soal kelompok ini.
Ini sangat krusial," ujarnya. (*)
Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul MUI Sebut Warga yang Terpapar Radikalisme NII di Garut Tersebar di Sejumlah Kecamatan
Baca juga: Guru Honorer Menangis saat Mengajar di Hadapan Nadiem Makarim, Curhat Honor Rp 100 Ribu Per Bulan