Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Kisah Inspiratif

Cerita Nelayan Membuat Kerajinan Berbahan Limbah, Sulap Kaleng Bekas Jadi Merak Raja

Sambil membersihkan sampah di pesisir, nelayan ini kreatif. Dia memanfaatkan kaleng-kaleng bekas untuk dibuat menjadi aneka kerajinan bernilai estetik

tribunjateng/ist
SUVENIR MERAK - Salamun nelayan di Tambakrejo, Tanjung Mas, Semarang Utara menunjukkan suvenir Kerajinan Merak Raja berbahan sampah kaleng bekas yang dipungut dari pantai. Dia bikin kerajinan itu di sela waktu tak melaut. (Tribun Jateng) 

TRIBUNJATENG.COM -- Sambil membersihkan sampah di pesisir, nelayan ini kreatif. Dia memanfaatkan kaleng-kaleng bekas untuk dibuat menjadi aneka kerajinan bernilai estetika tinggi dan diminati banyak pembeli. Penasaran?

LIMBAH yang tak berguna disulap menjadi aneka bentuk kerajinan cantik dan memesona. Adalah Salamun (45) warga Tambakrejo RT 03 RW 16 Tanjung Mas Semarang Utara memanfaatkan banyaknya limbah kaleng bekas.

Nelayan Pantura itu mengubah kaleng-kaleng bekas menjadi kerajinan cantik berupa merak raja, burung murai, ayam jago, naga, dan lain sebagainya. Ia tekun dan teliti mengolah sampah menjadi kerajinan bernilai tinggi.

"Bapak sebenarnya nelayan. Bukan perajin atau seniman. Intinya Bapak ini nggak suka lihat banyak sampah.
Biar sampah nggak berserakan kemudian sedikit demi sedikit kupunguti. Baru kemudian terpikir untuk membuat kerajinan seperti sekarang ini," kata Salamun ditemui Asti mahasiswa Undip magang jurnalistik di Tribunjateng.com, Selasa 5 Oktober 2021 lalu.

Diakuinya, untuk membuat aneka hasil kerajinan menggunakan bahan limbah kaleng ini belajar secara otodidak. Semula suka melihat burung merak kemudian meniru membuatnya menggunakan kaleng bekas.

Proses pembuatan kerajinan ini rumit dan butuh kesabaran serta ketelitian. Kaleng-kaleng yang telah terkumpul akan ia potong berupa bilahan memanjang. Selanjutnya bagian tepi akan dipotong kecil-kecil memanjang menyerupai rumbai-rumbai. 

Langkah berikutnya rumbai-rumbai tersebut dipilin satu per satu mebentuk spiral. Apabila jumlah rumbaian spiral kaleng telah mencukupi barulah dirangkai pada kerangka kayu menggunakan paku. Untuk membuat kaki dan kepala, Salamun campurkan lem khusus dengan serbuk gergajian kayu.

Barulah setelah itu diwarnai dengan cat semprot. Waktu yang dibutuhkan untuk membuat kerajinan tergantung ukurannya. Untuk kerajinan berukuran kecil, dalam sehari Salamun dapat menghasilkan dua unit kerajinan. Sedangkan ukuran sedang mebutuhkan waktu empat hari, dan seminggu lebih untuk ukuran yang lebih besar.

Hantaran

Jumlah kaleng yang dibutuhkan pun bervariasi menyesuaikan besar kecil kerajinan. Bila berukuran kecil seperti patung ayam jago membutuhkan lima kaleng bekas.

Burung Merak dengan ukuran sedang memerlukan 18 buah kaleng. Sedangkan merak berukuran besar menghabiskan 33 buah kaleng untuk merakitnya. Aneka kerajinan berupa merak raja, burung murai, ayam jago, dan hewan unggas lainnya merupakan bentuk yang paling disenangi dan sering dibuat oleh Salamun.

Demikian itu karena hewan unggas dirasa cocok dengan bahan baku kaleng dan lebih mudah merakitnya daripada hewan berkaki empat. Dan kebetulan aneka kerajinan tersebut paling laris. Dulu pernah mendapat pesanan miniatur Warak Ngendok dan pengerjaannya cukup rumit.

Mengenai harga, Salamun menyebut di kisaran Rp 250 ribu. Meski begitu, Salamun berprinsip bahwa karya seni nggak ada batas harganya.

"Karya seni itu kan kesukaan. Kalau suka ya beli, kalau nggak suka ya nggak apa. Seperti seni patung juga nggak ada batas harganya," terang Salamun ditemui di rumahnya di pinggir pantai di Tambakrejo. Dia tak rumit masalah harga kerajinannya.

Yang penting bisa buat beli kaleng dan cat lagi. Produk kerajinan dia promosikan melalui media sosial instagram bernama @kerajinan_merak_raja. Selain itu juga dipasarkan melalui gethoktular dari mulut ke mulut. Merak raja ialah kerajinan yang paling diminati pembeli, biasanya untuk hantaran menikah.

Di sela-sela melaut dia sempatkan untuk membuat kerajinan. Apalai jika sedang musim angin besar, maka waktunya lebih banyak untuk menghasilkan aneka kerajinan berbahan limbah.

Sambil mengumpulkan kaleng bekas di pesisir pantai utara, dia pun memanfaatkan program bank sampah yang dikelola ibu-ibu PKK.

Setiap ada sampah yang berpotensi menjadi kerajinan, Salamun tidak ragu untuk mengambilnya. Selain kerajinan kaleng, Salamun juga memproduksi miniatur kapal yang juga berbahan dasar limbah.

Selama pandemi ini pesanan miniatur kerajinan berbahan kaleng juga turun drastis. Dia berharap pandemi segera berlalu dan ekonomi tumbuh lagi. Dia juga bersedia memberikan pelatihan kepada anak-anak untuk memanfaatkan limbah.

"Tak ada kata limbah. Jika kita mau mengubah maka semua jadi indah. Yang penting ada kreatifitas dan kemauan keras," pungaksnya. (TRIBUNJATENG/Mahasiswa Undip Magang)

Baca juga: Waspada Hujan Lebat Disertai Petir, Prakiraan Cuaca Jateng BMKG Hari Ini Senin 18 Oktober 2021

Baca juga: Jangan Takut Laporkan Pinjol Ilegal, Ini Ciri-cirinya dan Cara Melaporkannya

Baca juga: Dodi Reza Ditangkap Sebulan Kemudian setelah Alex Noerdin

Baca juga: Jateng Posisi Ke-6 Raihan Medali PON XX Papua 2021, Wagub Minta Ada Evaluasi

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved