Berita Semarang
Cegah Stunting, BKKBN Sarankan Calon Pengantin Perempuan Lakukan Prekonsepsi
Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo memaparkan, stunting tidak hanya harus diatasi, namun harus dicegah. Banyak kekurangan yang dihadapi pengdiap stunting.
Penulis: Eka Yulianti Fajlin | Editor: moh anhar
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memberikan sejumlah langkah dan upaya mencegah stunting.
Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo memaparkan, stunting tidak hanya harus diatasi, namun harus dicegah.
Pasalnya, banyak kekurangan yang dihadapi apabila mengalami stunting.
Secara fisik, orang stunting memiliki tubuh yang pendek.
"Tidak mungkin masuk kepolisian, TNI, sudah rugi. Mau olahraga prestasi terbatas," ujarnya, saat memberikan pemaparan pada kick off penanganan stunting dan penandatanganan komitmen kelurahan ramah perempuan dan peduli anak dilakukan di Kelurahan Tanjungmas, Senin (8/11/2021).
Baca juga: Terpilih Jadi Ketua Sepak Takraw Jateng, Yudi Indras Bertekad Pertahankan Tradisi Emas
Baca juga: Tanjungmas dan Petompon Jadi Pilot Project Wilayah Penanganan Stunting di Kota Semarang
Baca juga: Kata Pak RT Soal Sosok Tubagus Joddy, Tak Tahu Jadi Sopir Vanessa Angel, Ini Profesi yang Ia Tahu
Di samping itu, lanjut Hasto, orang stunting memiliki kemampuan intelektual terbatas di bawah rata-rata.
Kemampuan akademik yang rendah akan membuat susah bersaing.
Sedangkan, orang stunting yang sudah berusia di atas 45 tahun pada umumnya jika banyak makan akan gemuk di tengah karena pendek atau disebut sentralogis.
Dampaknya, mudah terkena stroke, tekanan darah tinggi, dan serangam jantung.
"Maka, mencegah stunting jadi sangat penting. Jangan hanya diatasi, tapi dicegah," tegasnya.
Menurutnya, mengatasi stunting sangat pendek karena hanya 1.000 hari kehidupan pertama.
Masa itu merupakan kesempatan menjadikan fisik sempurna. Begitu 1.000 hari setelah itu, otak praktis tidak berkembang.
Pencegahan stunting juga dihitung dari bertemunya sel telur dan sperma.
Maka, dia menyarankan para calon pengantin melakukan prekonsepsi.
Calon pengantin perempuan harus periksa diantaranya hemoglobin (HB) dan lingkar lengan atas.
"Kalau lingkar lengan kurang dari 23 sentimeter risiko melahirkan anak stunting. Kalau HB kurang dari 11,5 risiko anak stunting. Kekurangan asam folat dan vitamin D, plasenta akan tipis kalau vitamin D kurang," urainya.
Lebih lanjut, Hasto menambahkan, calon pengantin perempuan juga harus dipastikan tidak mengalami anemia.
Perempuan harus menyadari bahwa mereka mengeluarkan darah menstruasi setiap bulan.
Dia mencatat, 30 persen remaja perempuan mengalami anemia karena menstruasi.
Sehingga, perempuan perlu minum tablet penambah darah.
Dalam rangka pencegahan stunting, Hasto juga berharap, ibu bisa mememberikan ASI eksklusif pada enam bulan pertama.
"Banyak perempuan muda gagal menyusui gara-gara tidak tlaten. Payudara sakit, bengkak. Ini karena asi harus dikeluarkan setiap tiga jam. Ibu-ibu muda sering salah. Pemberian ASI seharusnya payudara kiri lima menit, payudara kanam tujuh menit dalam sekali menyusui. Payudara kedua lebih lama karena bayinya sudah kenyang. Supaya adil, jadi lebih lama," jelasnya.
Menurutnya, Semarang menjadi komitmen yang pertama.
Baca juga: Jackpot Fishing Aplikasi Penghasil Uang Pasti Cuan, Game Penghasil Pulsa Tercepat
Baca juga: Tak Hanya Minyak Goreng, Harga Cabai juga Ikut Melonjak, Ada yang Sampai Rp 40 Ribu Per Kilogram
Dia meminta Tanjungmas sebagai kelurahan yang memiliki kasus stunting terbanyak di Semarang agar tidak berkecil hati.
Pihaknya bersama Pemerintah Kota Semarang akan membuat program bersama, yakni percontohan dapur sehat. Program mengambil makanan lokal menangani stunting.
Dia optimistis Tanjungmas akan menjadi kelurahan yang bebas stunting. (*)