Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

UKSW Salatiga

Dorong Semangat Berwirausaha, UKSW Salatiga Gelar Kompetisi Rancang Bisnis

Menurutnya hal seperti itulah seharusnya dapat dilihat sebagai peluang bagi para generasi muda

Editor: abduh imanulhaq
UKSW SALATIGA
Co-founder & Chief Marketing Officer (CMO) SASC Cosmetics, Priscilla Pangemanan membagikan sejumlah tips penting untuk menjadi seorang wirausahawan 

TRIBUNJATENG.COM, SALATIGA - Co-founder & Chief Marketing Officer (CMO) SASC Cosmetics, Priscilla Pangemanan membagikan sejumlah tips penting menjadi wirausahawan dalam webinar sebagai rangkaian Pentas Inovasi Mahasiswa (PIM) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga.

Perempuan kelahiran Semarang 34 tahun silam ini menyebut wirausahawan perlu memiliki pandangan ke depan, mau bertindak dan berdampak.

“Menjadi wirausahawan yang berdampak di sini maksudnya dapat mencapai financialy stable dan dapat menciptakan jalan keluar pada masalah sosial. Tidak sekedar membangun bisnis tetapi juga harus memberi dampak bagi orang lain. Dalam industrI kosmetik yang kami bangun ini, kami juga ingin memberi manfaat bagi masyarakat,” ujar Priscilla di hadapan 650 peserta webinar bertema Building a Thriving Social Enterpreneur, Rabu (17/11/2021).

Wanita yang pernah dinobatkan sebagai Best Inspiring & Creativity Women Award 2018 dari Indonesia Achievement Programme Management Award ini juga menyebut menjadi wirausahawan merupakan hal yang sangat menantang.

Namun sejak pandemi Covid-19 dia merasa seakan-akan semua di-restart karena banyak bisnis lama yang jatuh, bisnis-bisnis baru bermunculan.

Menurutnya, hal seperti itulah seharusnya dapat dilihat sebagai peluang bagi para generasi muda.

Terkait menjalankan sebuah bisnis yang juga berdampak bagi lingkungan sosial atau yang lebih dikenal dengan sociopreneur (Social Enterpreneur), dia menyebut diperlukan hasrat yang kuat dan dapat dimulai dengan membuat perubahan di komunitas-komunitas kecil.

Priscilla juga menambahkan bahwa sociopreneur memiliki perbedaan dengan perbuatan amal.

“Perbedaan mendasar ada pada waktu dan cara melakukanya. Amal atau CSR merupakan kegiatan amal setelah perusahaan mendapat profit. Pada sociopreneur sejak awal memang sudah berkomitmen membuat kolaborasi dengan komunitas-komunitas untuk menciptakan sumber daya baru dan akan menanamkan kemandirian pada mitra,” imbuhnya.

Selain Priscilla, hadir dalam webinar ini Ir. Lieli Suharti, MM., Ph.D. Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UKSW yang turut berbagi kiat-kiat menjadi sociopreneur.

peserta webinar bertema Building a Thriving Social Enterpreneur, Rabu (17/11/2021).
peserta webinar bertema Building a Thriving Social Enterpreneur, Rabu (17/11/2021). (Istimewa)

Kurangi angka kemiskinan

Menurut Lieli selain dapat mengurangi angka kemiskinan di Indonesia, menjadi sociopreneur dapat menciptakan perubahan sosial secara ekonomi, budaya, lingkungan dan lain-lain.

Untuk mencapai tujuan tersebut dikatakannya seseorang perlu untuk memahami apa kebutuhan sosial, memiliki keinginan kuat, perlu persiapan dan perencanaan yang baik serta memanfaatkan teknologi.

Dalam kesempatan yang sama, Pembantu Rektor III Bidang Kemahasiswaan Dr. Andeka Rocky Tanaamah, S.E., M.Cs. mengatakan kegiatan ini merupakan ajang bagi mahasiswa menumbuhkan karakter profesional dan jiwa kewirausahaan yang selaras dengan fokus skema pengembangan mahasiswa UKSW yang dirilis tahun 1983 dan direvisi 2012.

Ketua PIM UKSW 2021 Michael Bezaleel Wenas, S.Kom., M.Cs. mengatakan, seminar ini sekaligus menjadi acara pembuka pada kompetisi rancang bisnis UKSW Innovation Award 2021.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved