Virus Corona
Kasus di Afsel Naik 571% Sepekan, Covid-19 Omicron Sudah Terdeteksi di 24 Negara
Kasus covid-19 di Afrika Selatan (Afsel) naik berlipat ganda dalam sehari sejak ditemukan varian terbaru covid-19, Omicron
Dicky menilai, efeknya baru bisa muncul beberapa pekan ke depan.
"Ini tentu akhirnya membuat potensi makin cepat bersirkulasi, berpotensi besar dengan adanya penularan menjadi besar, sehingga tentu tidak serta-merta secara langsung, karena baru akan ketahuan 2 atau 3 minggu setelahnya," jelasnya.
Meski demikian, Dicky mengakui, jika dibandingkan dengan tahun lalu, risiko penularan atau transmisi covid-19 tidak sebesar 2020. Hal ini dikarenakan tren COVID-19 konsisten menurun. Namun, ia tetap mengingatkan masyarakat meningkatkan rasa waspada.
"Karena saat ini kita dalam kondisi landai, dan sebagian sudah divaksinasi, tapi iya itu tidak menjadi jaminan kan. Mencegah kan lebih baik, karena tetap risiko itu ada, kita ini masih ada di level community transmission," tandasnya.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), Tjandra Yoga Aditama mengatakan, varian B.1.1.529 atau Omicron memiliki gen yang tidak dapat terdeteksi oleh alat Polymerase Chain Reaction (PCR).
Ia menyebut, hal itu terjadi karena mutasi spike protein pada varian Omicron berada di posisi 69-70, sehingga menyebabkan munculnya fenomena S gene target failure (SGTF). Fenomena SGTF itu mengakibatkan gen S pada Varian Omicron tidak terdeteksi alat PCR.
"Walau ada masalah di gen S, tetapi untungnya masih ada gen-gen lain yang masih bisa dideteksi, sehingga secara umum PCR masih dapat berfungsi," katanya, dalam keterangan tertulis, Kamis (2/12).
Tjandra menuturkan, tidak terdeteksinya gen S pada pemeriksaan PCR dapat dijadikan indikasi awal bahwa sampel yang diperiksa adalah varian Omicron. Sehingga, pemeriksaan sampel dapat dilanjutkan dengan metode Whole Genome Sequencing (WGS) untuk memastikan jenis varian.
"Ditemukannya SGTF dapat menjadi semacam bantuan untuk menyaring mana yang prioritas dilakukan WGS, selain kalau ada kasus berat, atau ada klaster, atau ada kasus yang tidak wajar perburukan kliniknya, dan lainnya," ujarnya.
Tjandra menyatakan, informasi tersebut bisa menjadi perhatian di Indonesia dalam menganalisis hasil PCR. Selain itu, ia meminta agar jumlah pemeriksaan sampel menggunakan metode WGS ditingkatkan.
"Seperti sudah disampaikan terdahulu, penduduk kita kira-kira adalah seperempat penduduk India, jadi kalau India sekarang sudah memeriksa lebih 80 ribu sampel, maka seyogyanya kita harusnya dapat juga sudah memeriksa sekitar 20 ribu sampel," ucapnya. (tribunnews/dtc/kompas.com)
Baca juga: BI Jateng Gelar Vaksinasi untuk Rumah Tahfidz, Pondok Pesantren, dan Yatim Dhuafa
Baca juga: Daihatsu Dukung Konservasi Penyu di Kebumen
Baca juga: Kata Pengamat soal Anies Baswedan Absen di Reuni 212 hingga Tak Beri Izin
Baca juga: Sinopsis Dracula Untold Big Movies GTV Pukul 20.00 WIB Kastil Kuno Bangsawan Vampir