Gunung Semeru Meletus
UPDATE SEMERU! Kisah Pengakuan Korban Selamat: Suhu Udara Panas, Gelap dan Banyak Petir
Warga Dusun Curah Kobokan, Desa Supiturang, Pronojiwo, Lumajang, Sinten (60) dan cucunya Dewi Novitasari (17), jadi korban selamat ganasnya erupsi Gun
Warga lain, Fauzi (43) merasakan hal serupa. Dirinya panik saat hujan abu turun. Ia cepat-cepat berkemas dan menyelamatkan diri dengan kendaraannya.
"Gunung Semeru sempat erupsi lagi, warga panik berlarian menyelamatkan diri," tuturnya.
Saat menyelamatkan diri, beberapa warga tampak berlinang air mata. Mereka mengingat kejadian erupsi Gunung Semeru, kemarin Sabtu (4/12).
Mereka trauma. Sebagian keluarganya luka bakar dan meninggal dunia. Selain itu, arus lalu lintas juga sempat tersendat. Karena saking banyaknya kendaraan turun menuju pengungsian.
6.598 Warga Terdampak
Sebanyak 6.598 warga yang berada di Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang terdampak erupsi Gunung Semeru.
Sebanyak 6.598 warga itu tersebar di empat dusun. Yaitu Dusun Supiturang, Dusun Gumukmas, Dusun Sumbersari, dan Dusun Curah Kobokan.
Sekretaris Desa Supiturang, Ahmad Muliyanto (28) mengatakan, para warga telah diungsikan di dua titik.
"Yaitu di SDN Supiturang 4 dan Masjid Nurul Jadid. Jadi setelah erupsi Gunung Semeru terjadi pada kemarin siang (Sabtu 4/12/2021), warga langsung kami arahkan ke dua titik lokasi pengungsian tersebut," ujarnya.
Dirinya menjelaskan, saat ini para pengungsi membutuhkan segera bantuan makanan, pakaian layak pakai, dan air bersih. "Saat ini bantuan belum datang, tapi kabar terakhir yang saya dapat, bantuan masih dalam perjalanan," tambahnya.
Mbah Rono Sebut Bukan Semburkan Letusan
AHLI Vulkanologi Surono atau akrab disapa Mbah Rono menyebutkan, erupsi Gunung Semeru disebabkan oleh gundukan atau kubah lava yang gugur akibat hujan. Erupsi Gunung Semeru yang terjadi saat ini juga berbeda dari erupsi Merapi beberapa tahun silam.
"Erupsi yang orang bayangkan seperti Merapi 2010, jebol kawah menjadi suatu letusan, awan panas letusan, di Semeru tidak.
Memang Semeru sering terjadi letusan berupa gas, uap, abu vulkanik, tapi dia cuma mengeluarkan lelehan lava yang membentuk gundukan atau kubah lava," ujar Surono, Minggu (5/12).
"Gundukan ini makin lama makin besar volumenya. Nah, musim hujan ini bisa jadi membuat kubah lava sebagian menjadi batu, sebagian lagi masih cair longsor," lanjut dia.
Mantan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) ini menjelaskan, gundukan tersebut menghasilkan uap atau gas yang bercampur dengan debu halus, material kerikil hingga bongkahan yang membentuk awan panas guguran.
Sebab dihasilkan dari kubah lava yang tadinya gugur dan bukan awan panas letusan, kata dia, maka apakah erupsi masih akan terjadi atau tidak, tergangung gundukannya.
Kalau kubahnya sudah tidak ada, tidak ada lagi awan panas guguran karena tidak ada yang digugurkan karena dia (erupsi Semeru) bukan letusan yang materialnya keluar, menyembur ke atas melalui kawah. Bukan begitu," kata dia.
Surono mengatakan, guguran tersebut masuk ke sungai Kobokan sehingga diharapkan masyarakat tidak beraktivitas terlebih dahulu di sekitar lokasi tersebut. Apalagi saat ini sebaran abu masih cukup tebal dan musim hujan pun masih berlangsung.
Menurut dia, jika musim hujan berlangsung lama, maka abu-abu vulkanik dari letusan Gunung Semeru yang menyebar ke segala arah akan terbawa air hujan menuju ke yang lebih rendah, yaitu sungai.
"Sungai yang paling berpotensi banjir lahar adalah sungai-sungai yang terdapat endapan awan panas dan masyarakat jangan panik karena endapan awan panas masih panas di dalam sungai, hujan masih lebat, kalau air masuk ke dalam endapan itu karena di dalam pasti panas, maka menjadi ledakan-ledakan di tengah sungai," terang Surono.
Dia mengatakan, apabila endapan itu terbawa air hujan maka akan berkembang menjadi lahar hujan yang panas dan memiliki daya dobrak yang tinggi seperti semen. Dengan demikian, endapan itu bisa merusak fasilitas infrastruktur yang ada di sekitar apabila sudah bergerak.
"Ini (erupsi Semeru) bukan suatu letusan yang dibangun dari gempa, tapi dari material yang menumpuk di sekitar kawah, gugur. Pasti Badan Geologi akan melihat, masih adakah gundukan material itu? Kalau tidak ada lagi gundukan, ya sudah selesai," kata dia. (kompas.com/Tribun Network/dan/kuh/wly)
Baca juga: Sucipto Sebut Bahasa Jawa Butuh Anjing Penjaga
Baca juga: Jadwal TV Televisi Hari Ini Senin 6 Desember 2021 di Trans TV RCTI Trans7 GTV SCTV dan Lainnya
Baca juga: Kala Pengelola Hotel harus Dongkrak Okupansi dan Perketat Prokes bagi Tamu dan Pengunjung
Baca juga: Curhat Marcus/Kevin hingga Pengakuan Chiharu Shida tentang Greysia Polii: Auranya Beda
Baca juga: Hotline Semarang : Adakah Syarat untuk Masuk Kota Semarang Saat Libur Nataru?