Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Pendidikan

Sucipto Sebut Bahasa Jawa Butuh Anjing Penjaga

Badan ini berperan sebagai anjing penjaga untuk mengawasi dan memastikan perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan bahasa dan sastra Jawa

Penulis: mamdukh adi priyanto | Editor: muslimah
dok pribadi narasumber
Ahli Bahasa dan Sastra Jawa dari Universitas Negeri Semarang (Unnes), Sucipto Hadi Purnomo (di layar) saat membacakan rumusan serial Diskusi Kelompok Terpumpun Kongres Bahasa Jawa (KBJ) VII. 

TRIBUNJATENG.COM,SEMARANG - Ahli Bahasa dan Sastra Jawa dari Universitas Negeri Semarang (Unnes), Sucipto Hadi Purnomo memandang perlu dibentuk Badan Pekerja Kongres Bahasa Jawa.

Badan ini berperan sebagai anjing penjaga untuk mengawasi dan memastikan perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan bahasa dan sastra Jawa.

Hal itu dituangkan Sucipto pada rumusan serial Diskusi Kelompok Terpumpun Kongres Bahasa Jawa (KBJ) VII yang diserahkan kepada Kepala Bidang Pembinaan Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Jawa Tengah, Eris Yunianto, di Bandungan Kabupaten Semarang pada Selasa (30/11/2021).

"Jika ada pemerintah kabupaten atau kota yang abai untuk ngopeni (merawat) Bahasa Jawa, tim ini yang mengingatkan. Jadi, bukan sekadar sebagai panitia penyelenggara kongres," kata Sucipto dalam keterangan tertulis.

Menurutnya, tim kecil itu terdiri atas para tokoh Bahasa dan Sastra Jawa yang memiliki reputasi di bidang tersebut serta mempunyai kejelian dan keberanian bersuara.

"Tim bekerja sepanjang waktu di antara satu kongres ke kongres berikutnya," tandas ketua Organisasi Pengarang Sastra Jawa ini.

Selama ini, kata dia, kongres yang sudah berjalan selama enam kali dengan biaya miliaran rupiah berkesan sekadar sebagai upacara.

"Sekadar jadi parade pidato. Dari waktu ke waktu nyaris sama. Yang beda cuma formula kalimat dan orangnya," ungkap dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa Unnes ini.

Sucipto juga mengingatkan perlunya dipastikan dan dilakukan pengawalan, baik melalui penyiapan cetak biru kongres maupun strategi penganggaran, agar digelar Kongres Bahasa Jawa VII selambat-lambatnya 2023.

"Kongres perlu didahului dengan serangkaian kegiatan Pra-KBJ pada 2022," imbuhnya.

Sementara, Eris Yunianto selaku penanggung jawab diskusi mengemukakan, forum juga menyepakati regenerasi penutur dan kreator bahasa Jawa perlu dilakukan secara terencana, optimal, dan berkelanjutan di berbagai ranah.

"Mulai dari rumah, berlanjut di sekolah, pemerintah, dan masyarakat melalui sinergitas antarelemen. Sementara pemerintah daerah menjadi katalisator sekaligus fasilitatornya," katanya.

Pihaknya juga berjanji untuk membantu mewujudkan gagasan perlunya reposisi guru Bahasa Jawa yang terekrut pada seleksi aparatur sipil negara (ASN) guru melalui skema Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) pada formasi Seni Budaya di jenjang SMP dan SMA/SMK.

"Sekaligus penguatan kapasitas guru pengampu Bahasa Jawa di jenjang SD, mengingat mereka pada umumnya tidak berlatar pendidikan dengan muatan kompetensi keilmuan Bahasa Jawa," katanya.

Serial diskusi yang berlangsung dalam empat angkatan selama empat pekan terakhir menghadirkan sejumlah pembicara. Antara lain Gusti Wandansari (Gusti Moeng) dari Keraton Surakarta; anggota DPR RI, St Sukirno; mantan Wakil Bupati Banjarnegara sekaligus penggiat budaya Banyumasan, Hadi Supeno; akademisi Prof Teguh Supriyanto, Prof Farida Nugraheni, dan Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah, Ganjar Harimansyah. (mam)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved