Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Muktamar NU

Cerita Gus Yahya Kandidat Kuat Calon Ketum PBNU Saat Gantikan Kursi Presiden Gus Dur

Menjelang Muktamar NU, KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menjadi perhatian publik karena disebut menjadi kandidat kuat Ketua Umum PBNU.

Editor: m nur huda
Istimewa/dok. Katib Aam PBNU
Katib Aam PBNU KH Yahya Cholil Tsaquf atau Gus Yahya saat menyampaikan pidato dalam acara International Religious Freedom (IRF) Summit, di Washington, DC, Amerika Serikat, Kamis (15/7/2021) waktu setempat. 

Maka sejak awal saya nyatakan bahwa saya sama sekali tidak mau menjadi calon presiden atau cawapres di 2024, dan saya tidak ingin ada capres cawapres dari PBNU nantinya. Itu bagian dari upaya ini supaya bertransformasi betul supaya warga NU siap mental dan harus ke situ lagi.

Andai nanti Gus Yahya terpilih, apakah masih akan tertarik di politik? 2024 adalah tahun politik, Pilpres, pileg, pilkada.

Menurut saya ini mutlak, saya pribadi tidak akan mencalonkan diri atau bersedia dicalonkan juga, tidak mau maju.

Kenapa? Kan enak?

Oh, saya sudah pernah dan nggak enak. Serius saya sudah sampaikan di sejumlah media saya sudah pernah menjadi presiden RI. Pernah, serius, dan nggak enak.

Jadi sewaktu saya ikut Gus Dur sebagai juru bicara dalam konferensi OKI di Doha, Qatar, waktu itu sebetulnya saya nggak ada kerjaan. Beberapa hari cuma keluyuran saja di lobi, ketemu orang sana sini ngobrol.

Sementara yang boleh masuk mengikuti hanya boleh presiden dan menteri luar negeri. Jadi saya hanya berkeliaran saja di sekitar venue.

Waktu hari terakhir, sesudah sesi terakhir yang selesai sekitar jam 10 malam. Presiden keluar dengan menteri luar negeri dan disambut oleh para staf, termasuk saya ikut menggerombol di situ. Tiba-tiba Gus Dur bilang saya capek sekali. Saya sudah nggak kuat, saya mau istirahat saja.

Terus diingatkan bahwa ini cuma break sebentar, sesudah ini ada acara penutupan. Nggak, nggak saya sudah nggak kuat, mau tidur.

Tiba-tiba Gus Dur bilang itu biar Yahya saja yang masuk nanti, beliau bilang begitu. Ya orang kaget semua, biarin Yahya saja yang masuk kayak ini kondangan saja.

Orang kaget nggak bisa ngomong dan saya juga diam. Kemudian orang merasa nggak ada pilihan lain selain patuh.

Akhirnya saya masuk dengan Menteri Luar Negeri Pak Alwi Sihab. Sampai di sana itu setiap delegasi negara hanya disediakan dua kursi, untuk presiden dan menteri luar negeri. Saya sampai di sana bingung. Lho ini saya duduk di mana pak?

Disitu kata pak Alwi kan. Wah ini kursinya presiden, saya nggak berani, tukeran saja pak. Pak Alwi bilang nggak bisa, saya menlu saya harus duduk di kursi saya.

Lha terus saya gimana? Ya perintah presiden kamu duduk di situ. Akhirnya saya duduklah di kursi presiden.

Di belakang podium itu ada dinding besar yang dijadikan layar live itu.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved