Lawan Covid19
Epidemiolog Perkirakan Puncak Infeksi Omicron di Indonesia Terjadi pada Februari-Maret
Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman memperkirakan puncak infeksi Omicron di Indonesia.
Selama masih ada sejumlah besar penduduk belum memiliki imunitas, ujar Dicky, maka akan selalu muncul potensi gelombang baru.
“Meningkatkan imunitas bukan (dilakukan) dengan infeksi, ini salah kaprah, tidak etis.
Tentu (meningkatkannya) dilakukan dengan vaksinasi,” kata dia.
Ia menuturkan, imunitas yang telah terbentuk di masyarakat entah dikarenakan terpapar virus atau vaksinasi, membuat varian Omicron akan menyebar di antara orang-orang dengan imunitas tersebut, dan tidak menimbulkan gejala serius.
“Bahkan mungkin 90 persen tidak bergejala, di tengah terbatasnya daya deteksi kita, kasusnya bisa banyak sekali.
Terbukti saat ini di Amerika, Eropa, Australia, kasus-kasus memecahkan rekor,” jelas dia.
Dicky menyampaikan, tidak tertutup kemungkinan adanya varian baru Covid-19 setelah Omicron yang menyebabkan lonjakan kasus di berbagai negara.
“Kalau bicara ancaman, Omicron bukan memperlihatkan sebagai varian yang terakhir, masih ada potensi varian lain di 2022 ini,” pungkas dia. (*)
Bersama kita lawan virus corona.
Tribunjateng.com mengajak seluruh pembaca untuk selalu menerapkan protokol kesehatan dalam setiap kegiatan.
Ingat pesan ibu, 3M (Memakai masker, rajin Mencuci tangan, dan selalu Menjaga jarak).
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Puncak Kasus Infeksi Omicron di Indonesia Diprediksi pada Februari-Maret"
Baca juga: Menkes Minta Masyarakat Waspadai Gelombang Omicron