Berita Pendidikan
Soroti Pendidikan Islam di Belanda, Prof Muslih Jadi Guru Besar UIN Walisongo
Prof Muslih dikukuhkan sebagai guru besar Pendidikan Agama Islam dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Walisongo Semarang.
Penulis: mamdukh adi priyanto | Editor: moh anhar
Begitu juga dengan Katolik yang memiliki bank sendiri, lembaga penyiaran, klub sepak bola sendiri, termasuk pendidikan.
Pada saat Perang Dunia II, negara di Eropa hancur termasuk Belanda.
Jerman menjajah Belanda dengan meluluhlantakan sejumlah daerah.
Setelah Perang Dunia II, orang-orang Muslim datang ke Belanda dalam skala besar pada periode 1960-an dan 1970-an.
"Pada saat itu, pemerintah Belanda membutuhkan tenaga kerja manual untuk membangun kembali negara. Sebagian besar orang Belanda tidak mau melakukan pekerjaan kasar. Karena itu pemerintah Belanda mengundang para pekerja dari luar negeri, terutama dari wilayah Eropa Mediterania untuk datang ke Belanda untuk melakukan pekerjaan tersebut. Para pekerja itu disebut pekerja tamu atau guest worker," kata Prof Muslih.
Selama periode ini Pemerintah Belanda menyelesaikan perjanjian rekrutmen dengan beberapa negara Eropa Selatan, dan dengan Turki dan Maroko.
Para imigran dari Turki dan Maroko adalah kaum Muslim.
Ini dapat dianggap sebagai tengara bagi kedatangan umat Muslim di Belanda.
Pemerintah Belanda memilih pekerja dari Turki dan Maroko kala itu lantaran murah.
Rata-rata merupakan pekerja kasar dari masyarakat tidak berpendidikan (uneducated) dan tidak memiliki keterampilan.
Pemerintah pun merayu para pekerja tersebut agar tidak pulang ke negara mereka, lantaran nantinya tidak ada yang mengerjakan pekerjaan kasar di Belanda.
Pada 1970 pemerintah Belanda melaksanakan program reunifikasi, yang mana pekerja dari Turki dan Maroko didatangkan secara besar-besaran.
Pekerja yang didatangkan merupakan keluarga muda sehingga memiliki istri dan anak di negara asal mereka.
Pemerintah pun meminta agar keluarga para pekerja tersebut dibawa turut serta pindah ke Belanda.
"Mereka kangen anak istrinya. Pemerintah Belanda memperbolehkan keluarga pekerja datang tanpa di-screening. Setelah itu di Belanda, mereka beranak pinak. Meskipun pendatang, mereka diperlakukan spesial. Mereka memegang Netherland paspor, Dutch Nationality. Generasi kedua pun lahir di Netherland," jelasnya.