Berita Viral
Disebut Suku Terkuat, Wanitanya Lahiran Sambil Jongkok, Para Pria Bisa Robek Daging Pakai Tangan
Di pertengahan abad 21, masih ada suku yang menggunakan daun untuk menutupi tubuhnya dan melahirkan seperti di zaman primitif
TRIBUNJATENG.COM – Suku ini memiliki tradisi dan keterampilan yang sungguh unik dan luar biasa.
yang laki-laki bisa merobek daging ternak atau hasil buruan menggunakan tangan
Dan yang perempuan, mereka bisa melahirkan dengan cara yang sederhana.
Cukup jongkok dan beberapa lembar daun kering.
Baca juga: Kisah Pilu Lengkap Lusi di Eks Lokalisasi Peleman, Meregang Nyawa Saat Layani Tamu yang Tak Puas
Baca juga: Ingat Eks Pramugari Siwi Sidi? Kini Diduga Terima Aliran Dana Pencucian Uang Mantan Pejabat Pajak
Di pertengahan abad 21, masih ada suku yang menggunakan daun untuk menutupi tubuhnya dan melahirkan seperti di zaman primitif.
Mereka dikenal sebagai suku paling kuat di Afrika.
Dengan perkembangan masyarakat dan teknologi saat ini, seseorang bisa pergi ke mana saja menjelajahi dunia.
Beberapa orang suka melihat gunung dan sungai, yang lain suka melihat karya arsitektur dan humanistik.
Namun di daerah ini, masyarakatnya seolah masih tertinggal di zaman primitif.
Ada banyak suku primitif di Benua Hitam, di mana masyarakatnya masih mempertahankan adat istiadat nenek moyangnya.
Yang paling terkenal dan paling istimewa mungkin adalah suku bernama Cousso.
Cousso adalah etnis minoritas yang sangat tua di Afrika.
Karena mereka tinggal di hutan primitif, mereka pada dasarnya hampir tidak memiliki kontak dengan dunia luar dan masih mempertahankan kebiasaan hidup sejak dulu.
Melansir dari Eva.vn, ketika orang modern mengetahui tentang suku ini, mereka menganggap Cousso sebagai suku paling kuat di Afrika.
Di sana, pria bisa merobek daging dengan tangan kosong, sedangkan wanitanya memiliki cara melahirkan yang sangat unik.
Kesan banyak orang tentang Afrika adalah bahwa daerah itu terbelakang.
Saat ini, dengan perkembangan pariwisata, kehidupan misterius benua ini secara bertahap muncu di depan mata kita.
Banyak suku primitif yang mandiri dan Cousso tidak terkecuali.
Terletak di bagian barat Samudra Atlantik, suku ini hidup di daerah yang relatif panas dan cerah, sehingga kulit mereka berwarna gelap.
Baik pria maupun wanita tidak suka memakai pakaian. Mereka hanya menggunakan daun untuk menutupi bagian sensitif mereka.
Laki-laki Cousso semuanya kuat dan berotot.
Tentu saja, untuk memiliki tubuh yang sempuna, mereka pergi berburu dan meramu setiap hari untuk memberi makan diri mereka dan keluarganya.

Tidak hanya memiliki tubuh berotot, pria-pria ini juga memiliki genetika yang sangat sehat.
Mereka bahkan bisa merobek daging sapi dengan menggunakan dua tangan dan hal ini tentu membuat takjub turis.
Banyak wisatawan yang datang ke sini telah mencoba yang terbaik, tetapi tidak dapat melakukannya seperti penduduk setempat karena serat daging sapi yang sangat keras.
Para anggota suku Cousso sangat ramah.
Pria terutama, sangat suka menunjukkan kekuatan mereka di depan orang luar.
Namun yang paling menarik adalah bagaimana para wanita dari suku ini melahirkan.

Di era medis modern ini, kita masih berpikir bahwa melahirkan adalah hal antara hidup dan mati.
Namun, wanita Cousso sangat berbeda. Mereka sangat kuat.
Alih-alih berbaring untuk melahirkna, para wanita ini berjongkok saat melahirkan.
Selama proses melahirkan, si ibu hanya didampingi satu wanita berpengalaman untuk membantunya melahirkan.
Tidak ada selimut, bantal atau air hangat sama sekali.
Yang mereka butuhkan untuk menyambut bayi adalah beberapa daun kering di tanah.
Selama proses melahirkan, wanita Cousso ini diisolasi dari masyarakat.
Sebelumnya, mereka harus membangun gubuk kecil bersama suami untuk ditinggali saat melahirkan.
Ketika bayi berusia 7 hari, suami dapat mengunjungi istri dan anak-anaknya.
Menurut tradisi suku, jika seorang suami mengunjungi istrinya sebelum 7 hari, dia akan membawa penyakit kepada istri dan anaknya yang baru lahir.

Jika bayi yang lahir adalah laki-laki, maka anggota suku Cousso akan menembakkan panah ke langit.
Jika perempuan, mereka akan mengubur tali pusar bayi di tanah dengan tongkat kayu khusus untuk mengirim ucapan selamat kepada bayi, serta melambangkan hubungan gadis dan tanah airnya.
Semakin banyak informasi tentang suku Cousso diketahui, semakin banyak orang dari masyarakat luar yang ingin datang ke tempat ini.
Meski terpapar dunia luar, masyarakat suku Cousso tetap melestarikan dan mempertahankan cara hidup aslinya.
Mungkin itu akan mengejutkan orang beradab, tetapi bagi Cousso, itu adalah kehidupan yang bahagia.