Pembeli Kena Parkir 2 Kali di Relokasi Pasar Weleri Kendal, Pedagang Ikut Jengkel: gimana mau ramai?
Pedagang jengkel lantaran pembeli kena parkir dua kali di lokasi relokasi Pasar Weleri Kendal.
Penulis: Saiful Ma sum | Editor: Daniel Ari Purnomo
Dia juga meminta agar pemerintah kabupaten menyatukan semua pedagang eks Pasar Weleri terbakar agar menjadi satu di pasar relokasi.
Dengan harapan, aktivitas perdagangan menjadi terpusat dan pasar bisa ramai.
"Setiap harinya, pendapatan kotor kami Rp 50.000 - Rp 100.000. Kami minta semua pedagang masuk ke sini (pasar relokasi). Tertibkan juga (biaya) parkirnya, kami masih sulit, jangan dipersulit. Kami ingin pedagang dan pembeli bisa masuk ke pasar bahurekso ini dengan aman dan nyaman," pintanya.
Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi dan UKM Kendal, Ferinando Rad Bonay menjelaskan, saat ini baru 40 persen dari total 1.700-an pedagang eks Pasar Weleri yang sudah pindah dan berjualan di pasar relokasi.
Sisanya ada yang berjualan di luar pasar relokasi, berjualan di tempat lain, dan sebagian tidak berjualan lagi.
Ferinando menegaskan, Disdagkop dan UKM sudah berusaha mengajak dan merangkul semua pedagang agar bisa mempati lapak yang sudah disediakan di pasar relokasi.
Bahkan, pihaknya sudah melayangkan surat edaran kepada pedagang agar melakukan daftar ulang di pasar relokasi.
Supaya lapak-lapak yang sudah disiapkan bermanfaat untuk aktivitas perdagangan.
"Daftar ulang ini kami lakukan untuk pendataan ulang. Kalau mereka (pedagang) tidak mau, ya kami berikan kepada orang (pedagang) lain. Kami juga ingin pasar relokasi ini segera ramai," terangnya.
Ferinando juga meyerahkan penertiban lapak-lapak sayur yang berada di depan terminal kepada Satpol PP setempat.
"Urusan kami pedagang yang di dalam pasar. Pedagang di luar biar menjadi urusan Satpol PP untuk menertibkannya," tegas dia.
Sementara itu, Sekda Kendal Moh Toha menerangkan, pihaknya akan berupaya penuh memberikan yang terbaik untuk kemajuan pasar relokasi.
Katanya, beberapa hal yang diminta pedagang sudah dipenuhi secara bertahap.
Seperti penertiban lapak di luar pasar, papan nama pasar relokasi, angkutan umum masuk ke pasar, dan merangkul pedagang-pedagang yang masih jualan di tempat lain agar masuk ke pasar darurat.
Namun demikian, tegas Moh Toha, semua itu butuh proses yang tidak bisa dilakukan sekaligus.