Berita Semarang
Lonjakan Harga Kedelai Makin Menyulitkan Perajin Tahu Tempe
Ketua Pusat Koperasi Produsen Tahu-Tempe (Puskopti) Jateng, Sutrisno Supriantoro menyebut, sebanyak 20 persen pengusaha tempe dan tahu di Jateng gulun
Penulis: iwan Arifianto | Editor: m nur huda
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Ketua Pusat Koperasi Produsen Tahu-Tempe (Puskopti) Jateng, Sutrisno Supriantoro menyebut, sebanyak 20 persen pengusaha tempe dan tahu di Jateng gulung tikar.
Hal itu lantaran naiknya harga kedelai yang mencapai angka lebih dari Rp 11 ribu perkilogram.
"Iya, ada 20 persen anggota kami gulung tikar, terutama yang produksi di bawah 50 kg/hari," katanya, saat dihubungi Tribun Jateng, Sabtu (12/2/202).
Sutrisno menuturkan, anggotanya saat ini tercatat sebanyak 10.000 anggota. Mereka kini sangat resah dengan harga kedelai yang tinggi.
"Mereka pilih tak berproduksi, karena harga (tahu tempe-Red) tak cocok dengan biaya modal," ujarnya.
Sementara para pengrajin tahu tempe yang masih tetap bertahan, menurut dia, harus terus memutar otak agar usahanya tetap berjalan.
Berbagai langkah telah mereka lakukan, seperti memperkecil ukuran tahu tempe.
"Iya, terpaksa memperkecil ukuran, tapi tetap saja itu bikin sulit para pengusaha," jelasnya.
Pihaknya telah berkoordinasi dengan Gabungan Koperasi Perajin Tahu Tempe Indonesia (Gapokti), Importir, dan Kemendag.
Mereka meminta adanya jaminan 3 bulan agar kedelai stoknya terjaga terus, yakni pada Maret, April, dan Mei.
Selain itu, dia menambahkan, mereka juga meminta harga kedelai maksimal Rp 10.500/kg.
"Kami sampaikan hal itu ke pemerintah dan importir, tapi tidak ada titik temu," terangnya.
Sutrisno menyatakan, langkah itu dilakukan untuk menghadapi momen Ramadan dan Lebaran tahun ini.
Jika kondisi seperti ini terus bertahan, maka diprediksi akan terjadi mogok besar-besaran yang dilakukan perajin tahu tempe.
Seperti yang dilakukan perajin tahu tempe di Jakarta. Mereka akan melakukan mogok produksi pada 21, 22, 23 Februari di Jakarta.