Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Forum Guru

OPINI Urip Triyono : Mendadak Temperamen, Ada Apa?

Akhir-akhir ini kita dikejutkan oleh fenomena “reaktif” yang ditunjukkan oleh sebagian masyarakat dirundung masalah.

bram
Urip Triyono 

Melalui berbagai media, baik tulis maupun audio visual dan internet, masalah yang sebenarnya tidak terlalu besar menjadi sangat besar ketika telah di”olah” oleh para video creator penggemar hoaks di media internet.

Para content creator terkadang juga memilih membuat sensasi dengan mengedit dan mencroping bagian video tanpa didahului tabayun atau klarifikasi sehingga terkesan sengaja dibenturkan antara pihak satu dengan lainnya.

Para maling content ini malas membuat konten sendiri yang lebih original dan ispiratif.

Media youtube yang sangat familiar dengan kita, kini dijejali ribuan bahkan jutaan racun yang bila kita tidak waspada, akan mengenai pikiran dan mentalitas anak bangsa.

Video yang bernada hoaks sangat banyak di channel youtube dan tanpa adanya skrening yang jelas, mana yang pantas mana yang tidak, mana yang melanggar undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) mana yang tidak sangatlah bias.

Beberapa kasus

Pertama, marahnya ‘Urang Sunda” pada kasus Kepala Kejaksaan Tinggi di Jawa Barat yang memimpin sidang atau rapat kerja menggunakan bahasa Sunda.

Aksi pak Jaksa ini kemudian ditegur oleh seorang anggota DPR yang kemudian viral karena merasa sensitivisme kedaerahan penggunaan bahasa Sunda dalam rapat disentil atau direndahkan.

Masyarakat Sunda protes bahkan akan membawanya ke ranah hukum.

Sebenarnya hal ini hanya masalah komunikasi saja antara kepala jaksa dan anggota DPR tadi, namun karena komunikasi yang tidak lancar maka timbulah permasalahan.

Tidak ada komunikasi bahwa selain bersidang menggunakan bahasa Sunda yang diikuti sebagian besar orang Sunda itu akan lebih mudah ditangkap substasinya, lebih akrab, juga untuk menghilangkan sekat-sekat yang terjadi pada para penegak hukum tadi.

Disamping tentunya untuk membumikan bahasa Sunda di tanah airnya sendiri, tanah Pasundan yang dikenal sangat dinamis.

Kedua, kasus Edy Mulyadi seorang aktivis yang dalam pernyataannya membawa-bawa nama Kalimantan sebagai tempat pembuangan bayi jin. Kalimat ini kemudian ditanggapi oleh sebagian masyarakat Kalimantan.

Bahkan melalui konferensi pers, sekretaris Kesultanan Kutai mengecam pernyataan tersebut karena dianggap bernada melecehkan dan merendahkan masyarakat Kalimantan dan tidak sepantasnya disampaikan hanya karena ketidaksetujuannya Kalimantan menjadi ibukota baru Negara dengan nama Nusantara ini.

Ketiga, kasus Ustadz Khalid Basalamah yang masih sangat hangat terutama di dunia maya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved