Berita Semarang
Tagar Twitter Nanda dan Ucup: Tren Tumpahkan Cerita Pengalaman Kekerasan di Sosial Media
Tanda pagar Nanda dan Ucup menjadi populer di lini waktu sosial media Twitter pada Selasa.
Penulis: amanda rizqyana | Editor: sujarwo
Sedangkan untuk untuk upaya pencegahan pelecehan maupun kekerasan seksual yang dilakukan maupun dialami oleh mahasiswa, Dr Solehatul mengatakan pihaknya memberikan sosialisasi melalui lembaga kemahasiswaan, jurusan, dan fakultas hingga universitas.
Pihaknya memberikan penjelasan pada mahasiswa baru untuk menjaga diri agar tidak melakukan perbuatan tersebut serta menjaga dan melindungi diri agar tidak mengalami gangguan tersebut.
"Kami juga melakukan penindakan bila terdapat laporan yang dibenarkan secara hukum sesuai peraturan yang berlaku. Di Unnes dilengkapi dengan sistem pembimbingan kepada mahasiswa secara perwalian, ada lembaga bimbingan konseling, lembaga pendampingan hukum, bahkan advokasi oleh lembaga kemahasiswaan," terangnya.
Ia menambahkan, hingga saat ini di tingkat lembaga kemahasiswaan, baik di Himpunan Mahasiswa (Hima) maupun Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) belum terdapat laporan yang masuk.
Di lain pihak, pengelola akun Twitter @undipmenfess yang enggan disebutkan namanya menjelaskan menfess merupakan kependekan mention confess yang bertujuan untuk menyebutkan atau mengaku pada seseorang maupun khalayak umum secara anonim.
Adapun sistemnya disebut autobase atau basis otomatis.
"Jadi orang yang sudah saling mengikuti akun menfess bisa berkirim pesan yang pesannya kemudian akan diposting secara otomatis oleh bot," terangnya saat dihubungi Tribun Jateng.
Terkait proses penyaringan tweet pada akun Twitter @undipmenfess, pihaknya melakukan penyaringan beberapa tahap seperti membisukan kata-kata terlarang melalui sistem bot, membuat aturan terkait hal yang boleh dan tidak boleh dikirimkan ke dalam basis, pengaduan atau pelaporan followers ke akun pengaduan yang disediakan, dan melakukan pemantauan manual dari menfess yang sudah terkirim di beranda @undipmenfess.
"Kalau masalah menfess yang viral kemarin sebenarnya menfess yang dikirim belum ramai sebelum si pengirim membuat utas di akun pribadi tentang kronologinya. Awalnya kami menganggap dia hanya mengutarakan apa yang dia alami yang berkaitan dengan mahasiswa Undip karena memang banyak pengirim yang sering curhat dan selama tidak menyebutkan identitas pihak terkait," terangnya.
Menurutnya, hal tersebut tidak dilarang dalam peraturan basis dan tidak ada pula pelaporan terkait menfess maupun personal meskipun banyak yg respon.
Yang kemudian menjadi ramai di jagad maya pada menfess tersebut hingga trending ialah ketika pengirim membuat utas kronologi di akun pribadinya dan makin ramai saat pihak yang dia singgung melakukan klarifikasi.
Sebagai admin, ia akan melakukan pemblokiran maupun pembatasan bagi akun yang melanggar ketentuan basis. Pelanggaran paling parah ialah pernyataan yang memicu keributan dan pembatasan pada akun yang memposting jualan.
Menambahkan pernyataan admin @undipmenfess, admin akun Twitter @SmgMenfess2 yang enggan disebutkan namanya mengatakan sistem operasional menfess hampir sama.
Namun di beberapa menfess memiliki sejumlah aturan, penggunaan kata kunci atau kata pemicu khusus, usia minimal akun pengirim, dan sebagainya.
"Adanya akun menfess diharapkan bisa menjembatani orang-orang yang tidak ingin diketahui identitasnya untuk mengungkapkan atau menyampaikan pesan kepada orang maupun khalayak umum," tutupnya.