Berita Kesehatan
Kalau Ada Jentik Nyamuk Jangan Dibiarkan, Satu Anak di Boja Kendal Meninggal Karena Demam Berdarah
Dinkes Kendal meminta kepada tenaga kesehatan, bidan desa, hingga anggota PKK desa/kelurahan agar lebih aktif melakukan sidak jentik di setiap rumah.
Penulis: Saiful Ma sum | Editor: deni setiawan
TRIBUNJATENG.COM, KENDAL - Dinkes Kabupaten Kendal mencatat adanya peningkatan kasus demam berdarah (DB) sepanjang 2022.
Kabid Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Dinkes Kabupaten Kendal, Muntoha mengatakan, kasus demam berdarah pada Januari 2022 meningkat dibanding bulan yang sama pada 2021.
Ada 23 kasus demam berdarah di awal 2022 yang menyebabkan satu anak usia 6 tahun meninggal.
Sedangkan pada Januari 2021, ada 9 kasus dan tidak ada angka kematian.
Baca juga: 568 Atlet Bulu Tangkis Kendal Perebutkan Rp 41 Juta Melalui Bupati Cup 2022
Baca juga: Pemkab Kendal Kembali Terapkan WFH, PTM Dipangkas 50 Persen
Baca juga: Mahasiswa KKN UPGRIS Sosialisasikan Pengembangan Wisata di Sambongsari Kendal
Baca juga: Bupati Kendal Dico Positif Covid-19: Gejala Saya Ringan, Batuk Pilek dan Pusing Sedikit
"Kalau didata, ada 23 kasus DB selama 2022 berjalan."
"21 kasus terjadi pada Januari, dan Februari sudah ada 2 kasus," terangnya kepada Tribunjateng.com, Minggu (20/2/2022).
Kasus terbanyak terjadi di Puskesmas Boja 1 dengan jumlah 5 kasus.
Diikuti Puskesmas Sukorejo 1 ada 3 kasus.
Muntoha menyebut, kasus kematian terjadi di wilayah Puskesmas Boja 1 pada Januari 2022.
Yaitu seorang anak usia 6 tahun meninggal setelah dirawat intensif di RSUD Tugu, Kota Semarang.
"Ini jadi perhatian bersama agar masyarakat meningkatkan PHBS-nya."
"Waspada itu penting dengan selalu melaksanakan 3M, menguras, menutup, dan mengubur," imbaunya.
Muntoha menambahkan, pada 2021, angka kasus demam berdarah di Kabupaten Kendal mencapai 84 kasus.
Terbanyak terjadi di penghujung tahun (Desember) dengan jumlah 13 kasus.
Angka kematian yang disebabkan oleh DB hanya ada satu kasus di Kecamatan Kaliwungu pada September 2021.
Muntoha pun mewanti-wanti masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam menjaga lingkungan setiap hari.
Dia juga meminta kepada tenaga kesehatan Puskesmas, bidan desa, hingga anggota PKK desa/kelurahan agar lebih aktif melakukan sidak jentik-jentik di setiap rumah.
Langkah ini dinilai lebih efektif dibandingkan dengan melakukan foging.
"Kalau foging tidak menyelesaikan masalah."
"Karena hanya membunuh nyamuk dewasa."
"Kami berharap tiap desa ada tim jumantik dan aktif untuk antisipasi lebih dini terjadinya kasus demam berdarah," harap Muntoha. (*)
Disclaimer Tribun Jateng
Bersama kita lawan virus corona.
Tribunjateng.com mengajak seluruh pembaca untuk selalu menerapkan protokol kesehatan dalam setiap kegiatan.
Ingat pesan ibu, 5M (Memakai masker, rajin Mencuci tangan, selalu Menjaga jarak, Menghindari kerumunan, mengurangi Mobilitas).
Baca juga: Ini Persiapan Rumah Sakit di Kudus Hadapi Gelombang Ketiga
Baca juga: Skuter Listrik Lagi Digandrungi Warga Purbalingga, Sewa Sejam Cuma Rp 45.000
Baca juga: Klowor Waldiyono Gelar Pameran Tunggal di Cartoon Village Purbalingga, Menyoal Hari Bahasa Ibu
Baca juga: Kronologi Mobil Trabrak Pohon, Fai Mendengar Suara Seperti Ledakan