Liputan Khusus
LIPSUS: 64 Sekolah di Jateng Ditutup, Sehari Bertambah Kasus Covid 4.282 Pasien
Data per hari Minggu (20/2) tercatat kasus Covid-19 bertambah 48.484 pasien dalam skala nasional. Jumlah tersebut turun dibanding Sabtu (19/2)
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG -- Data per hari Minggu (20/2) tercatat kasus Covid-19 bertambah 48.484 pasien dalam skala nasional. Jumlah tersebut turun dibanding Sabtu (19/2) di mana kasus Covid-19 harian berjumlah 59.384 pasien, atau turun 10.900 kasus.
Sehingga total kasus di Indonesia sejak pandemi muncul menjadi 5.197.505 kasus. Data Kemenkes mencatat Jawa Barat masih duduk di peringkat pertama tambahan kasus tertinggi di Indonesia, yakni 10.410 kasus.
Kemudian, disusul DKI Jakarta dengan penambahan kasus harian 8.136 kasus. Adapun wilayah ketiga dengan kasus tertinggi dipegang Jawa Timur dengan jumlah 5.766 pasien. Sedangkan di Jawa Tengah bertambah kasus baru 4.282 kasus.
Kabar baiknya, pasien sembuh dari Covid-19 secara nasional pada hari ini bertambah 32.873 orang. Dengan demikian, total pasien yang sembuh dari Covid-19 hingga kini berjumlah 4.514.782 orang.
Selain itu, hari ini juga tercatat jumlah pasien meninggal akibat Covid-19 berjumlah 163 jiwa. Dengan tambahan kematian hari ini, total keseluruhan kasus Covid-19 berujung meninggal menjadi 146.365 jiwa.
Kesiapan Rumah Sakit
Di Kota Semarang, derdasarkan data yang diambil dari laman siagacorona.semarangkota.go.id/halaman/covid19pertahun/2022, terdapat 919 kasus positif covid-19 per tanggal 20 Februari 2022. Sedangkan per 1 Januari 2022 hingga saat ini sudah ada 901 orang yang dirawat di Kota Semarang.
Adapun di RSUD KRMT Wongsonegoro Semarang, terdapat sebanyak 120 pasien covid-19 yang sedang dirawat intensif. Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur RSUD KRMT Wongsonegoro Semarang, Susi Herawati.
Susi menambahkan, pihaknya sudah mempersiapkan segala hal kemungkinan adanya lonjakan kasus covid-19 gelombang ketiga. Satu di antaranya dengan menyiapkan ruangan isolasi.
"Kami ada 9 ruangan isolasi dengan total jumlah tempat tidur sebanyak 164 buah. Adapun tenaga kesehatan yang bertugas di RSUD KRMT Wongsonegoro Semarang, sebanyak 631 perawat dan bidan, serta 60 dokter yang melayani pasien covid-19," terangnya.
Belajar dari pengalaman gelombang covid-19 sebelumnya, Susi juga sudah mempersiapkan ventilator dan oksigen yang sempat langka di tahun 2021.
Adapun jumlahnya sebanyak 59 ventilator yang disediakan.
"59 ventilator tersebut untuk dewasa, bayi, anak, dan di mobil ambulans. Oksigen dulu kan juga pernah sempat langka, kami sudah siapkan dua tangki oksigen dengan kapasitas masing-masing 20 ton," tegasnya.
Obat-obatan khusus yang diperuntukkan bagi pasien covid-19 juga sudah disiapkan pihak RSUD KRMT Wongsonegoro Semarang.
Bahkan persediaan obat-obatan tersebut sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan pasien hingga 1,5 bulan ke depan.
"Jika melihat jumlah kondisi pasien saat ini, obat-obatan covid-19 yang kami miliki cukup untuk kebutuhan 1,5 bulan ke depan," tambah Susi.
Tak hanya itu saja, regulasi, sarana prasarana, alat-alat kesehatan, SDM, dan logistik sudah disiapkan oleh pihak RSUD KRMT Wongsonegoro Semarang. Seperti ruang isolasi dengan hepa filter, High Flow Nasal Cannula (HFNC), APD, dan lainnya.
"Kami juga sudah meniadakan jam kunjungan pasien dan pembatasan penunggu pasien non isolasi. Itu supaya mencegah terjadinya penularan di rumah sakit. Sekaligus mengurangi kerumunan di rumah sakit," pungkasnya.
64 Sekolah Ditutup
Meningginya angka kasus covid-19 varian omicron di Jawa Tengah, membuat beberapa sekolah ditutup. Alhasil, para siswa dan guru harus kembali menghadapi pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Bahkan di Kota Semarang sudah diberlakukan PJJ sejak 7 Februari 2022 selama dua pekan. Sedangkan pada hari ini Senin (21/2/2022) Pemerintah Kota Semarang sudah kembali memberlakukan PTM terbatas.
Menurut Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah, Suyanta, pemberlakukan PJJ maupun PTM tergantung kebijakan masing-masing kepala daerah. Sebab, tidak semua daerah di Jawa Tengah angka kasus penularan covid-19-nya tinggi.
"PJJ di sekolah yang membuat kebijakan pemangku wilayah atau kepala daerah. Bupati atau Walikota. Contohnya Kota Surakarta waktu itu sempat PJJ selama satu pekan. Ini Kota Semarang juga sudah melaksanakan aturan PJJ selama dua pekan," jelasnya.
Keputusan yang diambil oleh masing-masing kepala daerah terkait PTM dan PJJ, tergantung dari level PPKM yang diberlakukan pemerintah pusat. Sedangkan Dinas Pendidikan hanya mengatur mengenai mekanisme cara membuka dan menutup PTM.
"Termasuk mekanisme PJJ yang diterapkan juga kami atur. Pemberlakuan PJJ di sekolah juga tidak merata satu kabupaten/kota. Bisa saja hanya sekolah-sekolah tertentu yang memang muncul klaster covid-19," tegasnya.
Berdasarkan data yang Suyanta sampaikan pada 18 Februari 2022, ada sebanyak 64 sekolah yang ditutup di Jawa Tengah. Seperti di Kota Semarang ada 8 SMA dan 10 SMK yang ditutup.
"Itu karena ada klaster covid-19 di sekolah tersebut. Total di Jawa Tengah ada 96 kasus covid-19 yang terjadi di sekolahan. Maka dari itu tidak semua sekolah dalam satu daerah ditutup semua," tuturnya.
PJJ yang diberlakukan pun juga masih sama dengan PJJ yang pernah terjadi pada tahun 2021. Maka, pihak sekolah diminta untuk terus berkoordinasi dengan dinas terkait, puskesmas, dan satgas covid setempat.
"Supaya tidak seenaknya sendiri buka tutup proses pembelajaran di sekolah. Minimal koordinasi dengan puskesmas atau dinas kesehatan setempat. Pada dasarnya langkah yang dilakukan sebagai bentuk pengendalian covid-19," ucapnya.
Mekanisme yang dianjurkan oleh Suyanta yakni melakukan tracing, testing, treatment. Sehingga sebelum menutup satu sekolah, pihak sekolah harus menutup kelas yang siswanya positif covid-19.
"Setelah kelasnya ditutup dilihat lagi, apakah ada penularan tambahan. Kalau ada ya ditutup satu sekolah, tapi kalau tidak ada penambahan bisa PTM lagi. Kami tegas meminta pihak sekolah untuk disiplin prokes dan menggalakkan satgas covid sekolah," tutupnya
Kelompok Anak Meningkat 10 Kali Lipat
KASUS covid pada kelompok usia anak-anak meningkat 10 kali lipat. Berdasarkan data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), peningkatan terlihat signifikan sejak pekan terakhir Januari lalu, hingga memasuki pekan pertama Februari ini.
IDAI membuka data, per 24 Januari 2022, kasus Covid-19 pada anak masih di angka 676 kasus. Sepekan selanjutnya, 31 Januari 2022, jumlahnya sudah meningkat menjadi 2.775 kasus.
Tren kasus positif pada anak kembali meningkat pada 7 Februari 2022, tercatat sudah ada 7.190 kasus Covid-19 yang terkonfirmasi di kalangan anak.
"Kalau dibanding Januari 676 kasus menjadi 7.990 itu berarti sudah 1.000 persen lebih ata 10 kali lipat lebih," kata Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso.
Kabid Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 Alexander Ginting memberikan sekilas gambarannya. Pertama, peningkatan kasus infeksi pada anak dalam beberapa pekan terakhir diakibatkan oleh varian virus yang beredar, yakni varian Omicron.
"Situasi ini terjadi sebagai dampak dari penyebaran virus corona SARS-CoV-2 varian Omicron yang lebih mudah menular ketimbang varian sebelum nya seperti Delta , Betha, atau Alpha kata Alex.
Gejala ringan
Meski jumlah anak yang terpapar cukup tinggi, Alex menyebut, rata-rata kondisinya baik atau hanya bergejala ringan. Kebanyakan gejala Covid-19 yang dilaporkan pada anak-anak menyerupai gejala influenza, misalnya batuk, pilek, sakit tenggorokan, dan demam ringan mulai 37-38 derajat C.
"Ciri-ciri gejala Covid varian Omicron pada anak relatif mirip dengan influenza, karena penyakit ini sama sama menyerang saluran pernapasan atas dan saluran pernapasan bawah (pneumonia).
Bila terjadi perburukan dengan demam, sesak napas, dan desaturasi oksigenasi," terang dia.
Kondisi yang menyerupai influenza ini membuat banyak orang yang tidak menyadari bahwa anak sebenarnya tengah terinfeksi Covid-19 "Orangtua sering terkecoh dengan batuk flu.
Tetapi bila satu keluarga ayah, ibu, dan anak anak dengan gejala yang sama maka waspadalah Covid dengan varian Omicron," kata Alex.
Infeksi Covid-19 pada anak bisa tetap terjadi sekalipun kedua orantuanya sudah mendapatkan vaksinasi lengkap dan booster. Vaksinasi bukan jaminan seseorang kebal terhadap virus dan tidak bisa menyebarkannya ke orang lain. Vaksinasi hanya upaya mencegah terjadinya keparahan akibat infeksi.
Kedisiplinan menjalankan protokol kesehatan menjadi kunci utama agar seseorang tidak tertular dan menularkan virus corona. "Kendatipun orangtua sudah vaksinasi lengkap, tidak jaminan tidak terjadi infeksi. Apalagi sering tidak memakai masker, kumpul-kumpul, terima tamu, dan tidak cuci tangan," ungkap Alex.
Alex mengimbau orangtua tidak boleh panik dan tidak boleh cemas, harus konsultasi dengan dokter dan jangan dengar nasihat orang orang yang mengaku ahli virus atau ahli pandemi dadakan. . (AFN, GOZ, FBA, DIN, AIS, ARH/Kps)
Baca juga: Ibu Bintang Manchester City Phil Foden Kena Pukul Pria Perusuh
Baca juga: OPINI Sri Hartati : Menyambut Kurikulum Merdeka Belajar Saat Krisis Pembelajaran Siswa
Baca juga: Hasil Lengkap Liga Inggris Manchester United Pesta Gol di Elland Road, Man City Digulung Tottenham
Baca juga: Fokus : Selamat Datang Endemi