Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Kisah VOC dan Janji Doni Monardo Pada Ganjar Pranowo

Ketum PPAD, Letjen TNI Purn Dr (HC) Doni Monardo melempar senyum ke arah Gubernur Ganjar Pranowo.

istimewa
Foto bareng Ketum PPAD Doni Monardo. 

Berikut, Doni menyebut tanaman nilam. Dikatakan, untuk diketahui, bahwa Nilam berasal dari singaktan Nederlands Indische Land ook Acheh Maatzchappij, sebuah perusahaan Belanda yang mengatur perdagangan dan sistem penjualan dari tanaman Patchouli. Perusahaan Belanda waktu itu bekerjasama dengan para Ulee Balang dalam pengelolaan ladang nilam di Aceh.

Hasil penelitian menyebutkan Nilam Aceh merupakan nilam terbaik dunia dengan kandungan Patchouli Alkohol (PA) di atas 30 persen sehingga banyak dicari pihak luar negeri. “Begitu banyak kekayaan Nusantara. Ketika ke Belanda Mei 2019, saya menemukan tulisan ‘Specerijenmagazijn, Indie’s Welvaren’, yang artinya ‘Gudang rempah-rempah, harta kekayaan melimpah dari bumi Indonesia’. Itu adalah bukti nyata dan pengakuan dari Belanda yang tiga-setengah abad menjajah kita,” ujar Doni.

Hari ini dan ke depan, pensiunan TNI-AD harus mempersiapkan diri dan mengajak orang di sekitar untuk menjadi bagian dari program ekonomi yang digulirkan PPAD. Jika berhasil, dipastikan akan sangat membantu pemerintah. “Terlebih di era pandemi. Pak Gubernur tadi mengatakan, di Jawa Tengah saja tak kurang dari 400.000 orang di-PHK gara-gara pandemi. Dengan program entrepreneurship, kita akan bisa menciptakan lapangan kerja. Dan sejatinya, barang siapa mampu menciptakan lapangan kerja, adalah pahlawan sejati hari ini dan pahlawan masa yang akan datang,” tandas Doni.

Masih sangat banyak yang sedia dilakukan Doni Monaro (dan PPAD) untuk Jawa Tengah. “Nanti malam kami juga akan bertemu Bupati Cilacap dan stakeholder lain membahas kawasan mangrove di Segara Anakan, Nusa Kambangan,” ujarnya.

Betapa mangrove adalah sebuah potensi usaha yang luar biasa. Selain bisa dijadikan area budidaya kepiting, buah mangrove juga bisa untuk pewarna batik. Di sisi lain, Jawa Tengah memiliki banyak kota perajin batik, seperti Solo, Pekalongan, Lasem, dan lain-lain. “Batik dengan pewarna alam, semoga ke depan bisa menguasai pasar fashion dunia,” harap Doni.

Ingat, kata Doni, produk-produk unggulan kita sejatinya sudah sangat dikenal di luar negeri. Seperti batik, misalnya, bahkan pernah menjadi baju kebanggan Presiden Afsel, Nelson Mandela. “Suatu ketika, saya keliling bersama pak Egy (Egy Massadiah, red), di berbagai restoran kami menemukan menu penutup dari olahan sagu. Artinya, dengan kemasan yang khusus, produk asal Indonesia bisa menjadi produk yang berharga mahal,” ujarnya.

Belum lagi soal kopi. Peluang usaha kopi juga sangat besar. Saat ini, salah satu produsen kopi terbesar Indonesia, Kapal Api, masih mengimpor 300.000 ton kopi robusta dari negara asing. “Makanya, kalau saya ditawari kopi robusta, saya selalu menolak. Sebab, saya tahu, itu kopi impor. Saya pilih kopi arabica produk bumi Indonesia,” kata Doni sambil tertawa.

Doni mengaku penyuka kopi. Dulu, ke mana pun ia membawa kopi Puntang, Garut – Jawa Barat. Belakangan, ia beralih ke kopi dari NTT, rasanya sedikit lebih enak dari kopi Puntang. “Ini sekalian saya promosi kopi dalam negeri. Masih ada lagi kopi enak, seperti kopi Mandailing. Mari jadikan ngopi menjadi budaya, menggantikan teh. Sebab, teh bukan budaya kita,” ajak Doni.

Sektor lain yang disampaikan Doni dalam pengarahannya di depan pengurus dan anggota PPAD Jawa Tengah, adalah soal potensi perikanan. Dikatakan, PPAD pusat sudah menjajaki kerja sama dengan aplikasi “Fish On”. “Dengan aplikasi itu, nelayan tidak lagi mencari ikan, tetapi menangkap ikan. Aplikasi itu mengarahkan kapal ke titik ikan berada. Aplikasi itu bahkan memungkinkan memutus mata rantai rente, agar nelayan mendapatkan penghasilan yang lebih besar,” ujar Doni.
(*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved