Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Ekonomi Bisnis

Niyah Dapat Bocoran, Besok Harga Kedelai Naik Lagi, Produsen Tempe Banjarnegara Terancam Kolaps

Saat harga kedelai naik di angka sekira Rp 1.1500 perkilogram, Februari 2022, sudah membuat produsen tempe di berbagai daerah resah.

Penulis: khoirul muzaki | Editor: deni setiawan
TRIBUN JATENG/KHOIRUL MUZAKI
Niyan, produsen tempe asal Kelurahan Argasoka, Kecamatan Banjarnegara membungkus kedelai menjadi tempe, Sabtu (5/3/2022). 

TRIBUNJATENG.COM, BANJARNEGARA - Harga kedelai yang terus naik membuat usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) terpukul.

Khususnya produsen tempe berbahan baku kedelai

Saat harga kedelai naik di angka sekira Rp 11.500 perkilogram, Februari 2022, sudah membuat produsen tempe di berbagai daerah resah.

Baca juga: Kisah Haru Kapolres Banjarnegara Jemput Nuzailla Bocah Penderita Tumor Mata Sebesar Bola Tenis

Baca juga: Banjarnegara Gudang Atlet Berbakat, Yuniar Hanif Penjaga Gawang Dipanggil Timnas U-16

Baca juga: Pengakuan Sopir Koruptor Banjarnegara Budhi Sarwono, Jadi Direktur Tapi Gaji Sopir: Saya lulusan SMP

Baca juga: Kapolres Banjarnegara Nyesek Gendong Bayi Nuzailla Sakit Tumor Mata Seukuran Bola Tenis

Sebagian produsen tempe di luar daerah bahkan mengancam mogok produksi jika harga kedelai tidak turun. 

Di sentra industri tempe Dukuh Wanasari, Kelurahan Argasoka, Kecamatan Banjarnegara, Kabupaten Banjarnegara misalnya, sejumlah produsen tempe terpaksa memperkecil ukuran tempe untuk mensiasati naiknya harga kedelai

Dua pekan berlalu, kini harga kedelai yang mahal bagi produsen itu belum juga turun.

Alih-alih turun, harga kedelai malah terus naik.

Saat ini, menurut Niyah, produsen tempe di Kelurahan Argasoka itu, harga tempe justru kembali melonjak. 

"Saat ini harga kedelai Rp 12.500 per kilogram," katanya kepada Tribunjateng.com, Sabtu (5/3/2022). 

Harga kedelai yang terus naik itu membuat Niyah lemas.

Bahkan, ia sudah diberitahu pada Minggu (6/3/2022), harga kedelai naik lagi menjadi Rp 13.000 per kilogram. 

Padahal pada kenaikan sebelumnya, Niyah berharap harga kedelai kembali stabil atau turun di angka wajar.  

Niyah mengatakan, semenjak harga kedelai naik, dia dan produsen lain di kampungnya memilih memerkecil ukuran tempe dari ukuran normal.

Dia belum berani menaikkan harga tempe meski harga bahan baku sudah melambung. 

Pelanggan, menurut dia, lebih tak keberatan jika ukuran tempe yang diperkecil daripada harganya yang dinaikkan. 

"Pelanggan tanya kok ukuran tempe kecil."

"Pelanggan kan tidak mau tahu," katanya.

Niyah tak tahu lagi bagaimana harus menyiasati mahalnya harga kedelai ini.

Padahal ukuran tempe saat ini sudah kecil efek harga kedelai yang naik belakangan ini. 

Ukuran tempe yang ada saat ini saja, sudah dikeluhkan pelanggan.

Apalagi jika lebih diperkecil lagi menyesuaikan harga kedelai yang naik. 

Industri tempe saat ini, baginya, sudah tidak menjanjikan lagi. 

Produsen sulit mendapat untung jika harga kedelai terus naik.

Dia membandingkannya dengan kondisi sebelum pandemi dimana harga kedelai masih Rp 7.000 per kilogram. 

Di masa pandemi, saat permintaan tempe berkurang karena ekonomi terpuruk, harga kedelai justru terus naik. 

"Dari Rp 7.000 naik terus jadi Rp 10.000, terus naik menjadi Rp 12.500," katanya. (*)

Baca juga: Warga Semarang Bisa Konsultasi Gratis Seputar Covid-19, Ini Data Nomor WhatsApp Hotline Puskesmas

Baca juga: Semarang Tak Perlu Lagi Buka Tempat Isoter - Tren Kasus Covid-19 Terus Menurun, MHC Ditutup 15 Maret

Baca juga: Panglima Tentera Darat Malaysia Disuguhi Jamu saat Bertemu KSAD Dudung Abdurachman

Baca juga: Seorang Gadis Dirudapaksa lalu Dibunuh di Kamar Kos, Sang Kakak Histeris saat Temukan Jasadnya

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved