Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Jateng

Kenaikan Harga Elpiji Nonsubsidi Dorong Migrasi ke Gas Melon

Rudi menuturkan, meningkatnya permintaan masyarakat terhadap elpiji bersubsidi itu juga dibarengi dengan tambahan pasokan pengiriman elpiji dari Perta

Penulis: hermawan Endra | Editor: m nur huda
Tribun Jateng/ Idayatul Rohmah
Aktivitas jual beli gas elpiji di toko jalan Wotgandul Semarang, Selasa (1/3/2022). Tribun Jateng/Idayatul Rohmah 

TRIBUNJATENG.COM, SALATIGA - Kenaikan harga elpiji nonsubsidi mendorong terjadinya migrasi atau peralihan penggunaan elpiji oleh masyarakat menggunakan elpiji bersubsidi atau ukuran 3 kg.

Seperti diketahui, harga elpiji nonsubsidi mengalami kenaikan sejak 27 Februari 2022 lalu, baik ukuran 5,5 kg dan 12 kg.

Hal itu terjadi menyusul terus melonjaknya harga gas dunia, akibat dampak perang Rusia-Ukraina.

Penjual gas elpiji di Kota Salatiga, Rudi mengatakan, harga gas elpiji ukuran 5,5 kg mengalami kenaikan sebesar Rp 12.000, dari semula Rp 81.000 menjadi Rp 93.000.

Sementara untuk ukuran 12 kg, kenaikan harga mencapai Rp 24.000, dari semula Rp 164.000 menjadi Rp 189.000.

"Melambungnya harga elpiji nonsubsidi membuat masyarakat sekarang beralih ke gas elpiji subsidi 3 kg atau gas melon, dan menjadikan permintaan gas melon juga meningkat," katanya, kepada Tribun Jateng, Senin (7/3).

Rudi menuturkan, meningkatnya permintaan masyarakat terhadap elpiji bersubsidi itu juga dibarengi dengan tambahan pasokan pengiriman elpiji dari Pertamina.

"Saat permintaan gas elpiji subsidi naik, pasokan dari pihak Pertamina sekarang dalam sehari mencapai 100 tabung. Sebelumnya dalam sehari hanya 80 tabung sekali kirim," jelasnya.

Rudi menuturkan, pihaknya sebagai penjual mengantisipasi naiknya permintaan gas elpiji melon dengan membatasi setiap pembeli maksimal dua tabung jika stok masih banyak.

“Jadi setiap KK (Kartu Keluarga) hanya dibatasi maksimal dua tabung, tapi kalau stok menipis kami berikan satu orang satu tabung,” ungkapnya.

Selain itu, ia juga membuat kebijakan untuk pembeli yang tidak berdomisili Kota Salatiga tidak akan dilayani pembelian gas melon.

“Kalau warga dari luar Kota Salatiga tidak bisa membeli gas elpiji subsidi di sini,” tandasnya.

Untuk mencegah pembeli nakal, Rudi memberlakukan pembatasan dengan meminta pembeli memperlihatkan kartu identitas.

“Misal ada identitas yang mirip dan rumah yang sama, atau satu orang satu keluarga, kami tidak akan kasih. Kalau tidak kami teliti lagi pembeli yang akan menjual lagi yang mana,” jelasnya.

Adapun, Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo menginstruksikan kepada Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jateng berkoordinasi dengan Pertamina untuk memantau distribusi minyak dan gas di provinsi ini, termasuk potensi migrasi atau konversi konsumen gas nonsubsidi ke gas subsidi.

Ganjar menjelaskan, invasi Rusia ke Ukraina ternyata berpengaruh pada relasi bangsa dan negara, bagaimana respon negara di Eropa Barat dan Amerika serta negara-negara yang bergabung dalam NATO.

"Ketika blok China mulai ikut serta ke kubunya Rusia, saya melihat, kita musti siap-siap terkait harga migas. Ternyata benar, tidak lama setelah itu Pertamina menaikkan harga gas nonsubsidi," katanya, saat menghadiri acara pelantikan pengurus BPD Hipmi Jateng, secara daring, akhir pekan lalu.
Kekhawatiran

Kenaikan harga gas nonsubsidi itu, menurut dia, menimbulkan kekhawatiran terkait dengan distribusi gas subsidi atau gas 3 kg. Ia meminta kepada instansi terkait untuk hati-hati tentang potensi migrasi atau konversi konsumen gas nonsubsidi ke gas subsidi.

"Langsung saya kontak Dinas ESDM (Jateng), saya minta untuk komunikasi dengan Pertamina. Hati-hati konversi ke gas 3 kg akan terjadi. Mereka yang kesulitan mencari gas nonsubsidi akan mencari gas 3 kg, karena membeli gas 3 kg itu begitu mudah, tidak ada restriksi yang ketat," ungkapnya.

Kepala Dinas ESDM Jateng, Sujarwanto menyatakan, gubernur telah menginstruksikan untuk berkoordinasi dengan Pertamina sejak pengumuman kenaikan harga gas nonsubsidi.

Ada dua poin penting dari instruksi tersebut, pertama yakni memastikan pasokan tetap terjaga, dan kedua yakni memantau potensi terjadi migrasi dari nonsubsidi ke gas elpiji 3 kg.

"Indikasi terjadi (migrasi) bisa dibaca kalau permintaan elpiji 3 kg naik sementara penjualan 12 kg turun. Ini kami pantau bersama Pertamina dan Hiswana Migas, serta 12 kantor cabang dinas. Kami formalisasi juga penugasan kepada Pertamina dan Hiswana Migas itu dengan surat dari dinas," jelasnya.

Sujarwanto menjelaskan, hingga hari kelima pasca-kenaikan harga pada 27 Februari 2022 lalu, belum ada indikasi migrasi konsumen gas nonsubsidi ke gas subsidi.

Permintaan masyarakat masih wajar, dan stok juga masih aman, baik gas nonsubsidi maupun gas subsidi.

"Kami menjaga agar tidak terjadi migrasi. Kalau terjadi migrasi, maka pada batas pantauan kami akan meluruskan distribusinya. Harapan kami dapat tepat sasaran.

Kawan pengusaha juga saya harapkan, termasuk rumah tangga, tidak tergantung elpiji. Ada yang kami sarankan ke kompor listrik atau kompor induksi, karena lebih hemat dibandingkan dengan elpiji 3 kg. Kami coba dorong hemat energi. Masyarakat harus menggunakan energi seperlunya," jelasnya. (han/wan)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved