Kota Semarang Marak Modus Mengemis untuk Biaya Pengobatan Ibu, Manusia Silver Sudah Tidak Tren
Para pengemis di Kota Semarang memang kian kreatif dalam menjalankan aksinya di jalanan Kota Semarang.
Penulis: iwan Arifianto | Editor: Daniel Ari Purnomo
TRIBUNJATENG.COM,SEMARANG - Modus yang digunakan para pengemis di Kota Semarang kian variatif.
Mereka juga kian licin untuk ditangkap oleh petugas Satpol PP.
Melihat hal itu, petugas Dinsos Kota Semarang, rutin melakukan operasi rutin tiap hari Kamis.
Operasi dilakukan menyisir di sejumlah titik yang menjadi lokasi favorit pengemis seperti di traffic light.
"Operasi bersifat sosialisasi yang menyasar pengemis, gelandangan, dan orang telantar atau PGOT," beber Sub Koordinator Tuna Susila dan Perdagangan Orang (TSPO) Dinas Sosial Kota Semarang, Rabu (9/3/2022).
Para pengemis di Kota Semarang memang kian kreatif dalam menjalankan aksinya di jalanan Kota Semarang.
Petugas Dinsos seringkali menemukan pengemis bermodus memancing simpati warga.
Seperti pura-pura meminta sumbangan untuk berobat ibunya.
Adapula yang memakai alat walker lalu berjalan terpincang-pincang.
"Tentu hal itu dilakukan agar warga kasihan," ucapnya.
Selain itu, modul menjadi manusia silver dan manusia badut juga sempat marak beberapa bulan lalu.
"Untuk modus lama seperti manusia silver dan manusia badut sudah jauh berkurang," terangnya.
Sewaktu di lapangan, petugas yang menemukan PGOT warga Kota Semarang akan diassesment meliputi tempat tinggal dan alasan melakukan turun ke jalan.
Kemudian akan diperiksa apakah sudah mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah.
Sebaliknya dari luar Kota Semarang akan dipulangkan ke Kota asal dengan terlebih dahulu dilakukan pendataan.
Sejauh ini banyak yang berasal dari wilayah Purwodadi, Boyolali, Kebumen, dan lainnya.
"Kami ketat melakukan operasi ini agar para PGOT tidak kembali lagi ke Kota Semarang," tegasnya.
Bilamana para PGOT tak kapok diberi sosialisasi, Dinsos kemudian berkoordinasi dengan Satpol PP.
"Kalo masih bandel Satpol PP yang menangkap," katanya.
Selain operasi rutin di tiap hari Kamis, pihaknya juga melakukan sidak di jalanan.
Sidak memang tidak menentu tapi dilakukan secara berkala.
"Itu tidak terjadwal, razia ini dilakukan secara mendadak," paparnya.
Di sisi lain, Dinsos memang tak bisa berbuat banyak saat penanganan pengemis yang masuk ke wilayah perumahan.
Menurut Bambang, petugas tak dapat patroli masuk ke area perkampungan.
Sudah seharusnya peran warga yang menyepakati aturan di wilayahnya agar tak memberi ke pengemis.
"Ketika semua sepakat tak memberi ke pengemis maka otomatis tidak akan menjadi lokasi sasaran pengemis," jelasnya.
Pihaknya melakukan kegiatan tersebut bagian dari upaya penegakan Perda nomor 5 tahun 2014 dan nomor 5 tahun 2017 terkait ketertiban umum.
Tentunya untuk menciptakan Kota Semarang tak hanya bersih dari segi tata kotanya saja melainkan harus bersih kondisi sosialnya.
Untuk mewujudkan hal itu, pihaknya terus rutin melakukan operasi menyasar PGOT.
"Jadi Kota Semarang bersih secara fisik bebas sampah, taman kota bagus, harus didukung bersih sosial tanpa PGOT," katanya. (Iwn)