Rusia Ingin Segera Berdamai dengan Ukraina, Tekankan Soal Netralitas
memasuki akhir pekan ketiga invasi ke Ukraina ini, Rusia menyatakan keinginan untuk bisa mencapai perdamaian sesegera mungkin.
TRIBUNJATENG.COM, MOSKOW - Serangan Rusia ke Ukraina menginjak hari ke-21 pada Rabu (16/3). Pasukan Rusia masih melanjutkan pemboman ke kota-kota Ukraina, termasuk Ibu Kota Kyiv, dan kota pelabuhan selatan, Mariupol.
Rusia meluncurkan invasi pada 24 Februari, menyebutnya sebagai 'operasi militer khusus' untuk demiliterisasi dan 'de-Nazify' Ukraina.
Konflik tersebut telah menewaskan dan melukai ribuan orang, serta membuat tiga juta orang Ukraina melarikan diri ke negara-negara tetangga.
Meski demikian, memasuki akhir pekan ketiga invasi ke Ukraina ini, Rusia menyatakan keinginan untuk bisa mencapai perdamaian sesegera mungkin.
Asisten Presiden Rusia Vladimir Putin yang menjadi Kepala negosiator Rusia dalam beberapa perundingan dengan Ukraina, Vladimir Medinsky mengatakan, pembicaraan dengan Ukraina berjalan sulit dan lambat.
Tetapi, menurut dia, Rusia dengan tulus menginginkan perdamaian sesegera mungkin. "Negosiasinya sulit, berjalan lambat. Tentu saja, kami ingin semuanya terjadi lebih cepat, ini adalah keinginan tulus pihak Rusia," katanya, sebagaimana diberitakan Interfax, Rabu (16/3).
"Kami ingin mencapai perdamaian sesegera mungkin. Kami membutuhkan Ukraina yang damai, bebas, independen, netral. Bukan anggota blok militer, bukan anggota NATO," tambah Medinsky.
Terpisah, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov menuturkan, beberapa bagian dari kemungkinan kesepakatan damai dengan Ukraina hampir disepakati setelah Kyiv setuju untuk membahas netralitas.
"Status netral sekarang sedang dibahas secara serius, tentu saja, dengan jaminan keamanan. Sekarang hal ini sedang dibahas dalam negosiasi. Ada formulasi yang benar-benar spesifik yang menurut saya mendekati kesepakatan," ucapnya, Rabu (16/3), kepada RBC News, dikutip dari Reuters.
Lavrov menyatakan, Presiden Vladimir Putin telah berbicara tentang netralitas, bersama dengan jaminan keamanan untuk Ukraina tanpa perluasan NATO, sebagai satu kemungkinan varian negosiasi pada Februari.
Ia pun memperingatkan bahwa negosiasi itu tidak mudah, tetapi ada beberapa harapan untuk mencapai kompromi. Ukraina juga telah membuat pernyataan positif yang hati-hati tentang pembicaraan damai.
Lavrov membeberkan isu-isu kunci, termasuk keamanan orang-orang di Ukraina timur, demiliterisasi Ukraina, dan hak-hak orang berbahasa Rusia di Ukraina.
Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov membeberkan empat hal krusial yang menjadi tuntutan Rusia terhadap Ukraina untuk bisa dipenuhi. Rusia meminta empat syarat yang harus dipenuhi oleh Ukraina apabila ingin Rusia menghentikan serangannya.
Pertama terkait dengan netralitas, yakni meminta Ukraina menjamin status non-bloknya. Rusia menyatakan syarat Ukraina tak boleh gabung North Atlantic Treaty Organisation (NATO) adalah mutlak.
Hal itu lantaran Rusia khawatir Ukraina bisa dijadikan pangkalan NATO, dan negara itu memiliki dukungan militer besar untuk merebut Semenanjung Krimea.