Cerita Angker Porter Gunung Lawu, Lihat Orang Berkuda Tidak Ada Kepalanya: saya jerit-jerit
Informasi keangkeran Gunung Lawu di Kabupaten Karanganyar diceritakan oleh Porter setempat.
Penulis: Agus Iswadi | Editor: Daniel Ari Purnomo
TRIBUNJATENG.COM,KARANGANYAR - Di wilayah Kabupaten Karanganyar terdapat tempat yang dianggap angker oleh masyarakat.
Namanya Gunung Lawu.
Para pecinta alam tentu tidak asing dengan gunung yang berada di perbatasan antara wilayah Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah dengan Kabupaten Magetan Jawa Timur.
Di balik keindahannya, konon gunung dengan ketinggian 3.265 Mdpl itu ternyata menyimpan cerita-cerita mistis.
Porter Gunung Lawu, Hariyanto atau akrab disapa Best pernah mengalami kejadian janggal saat mengantar pendaki ritual ke puncak gunung.
Dia pernah mengalami kejadian yang tidak pernah terlupakan saat berada di pos bayangan jalur Cemoro Kandang.
Saat itu dia bersama rekannya tengah mengantarkan seorang pendaki dari Kabupaten Ciamis Jawa Barat dan membawa seekor kambing.
Rencananya, kambing itu akan diolah untuk makan bersama di puncak gunung.
"Yang saya antar itu tidak kuat. Minta tidur di pos bayangan. Tapi kambing harus sudah sampai atas. Akhirnya kambing disembelih di situ, naik ke atas cuma bawa dagingnya," katanya saat dihubungi Tribunjateng.com, Sabtu (19/3/2022).
Setelah mendirikan tenda, lanjutnya, tamu dan rekannya kemudian tidur.
Sedangkan dirinya masih terjaga dan membuat perapian.
Selang beberapa saat kemudian, dia sontak teriak dan masuk ke dalam tenda hingga membangunkan rekannya yang tertidur.
"Saya seperti melihat penunggang kuda tapi kepalanya ditenteng. Saya teriak sekencang-kencangnya," ucapnya.
Selain itu dia juga pernah mendengar suara orang aneh.
Dia menceritakan, saat itu dia tengah berjalan ke arah puncak bersama tiga tamu pendaki.
Sedangkan suara itu dari arah puncak menuju ke bawah.
"Suara makin dekat tapi tidak ada wujudnya, suaranya hilang," ungkapnya.
Suara gamelan dan keriuhan layaknya di pasar juga pernah didengar oleh Best saat berada di bawah Hargo Dalem, tepatnya di Pasar Setan.
Tapi menurutnya hanya orang-orang tertentu yang mendengar suara keriuhan layaknya di pasar saat berada di Pasar Setan.
Sedangkan suara gamelan, lanjutnya, kebanyakan pendaki pernah mendengarkannya.