Berita Tegal
Watak Orang Tegal Diibaratkan Banteng Loreng Binoncengan, Apa Sih Maksudnya?
Falsafah Banteng Loreng Binoncengan kisahnya diceritakan bersama seorang anak laki-laki yang merupakan penggembala.
Penulis: Fajar Bahruddin Achmad | Editor: deni setiawan
TRIBUNJATENG.COM, TEGAL - Ada falsafah kuno menarik yang menggambarkan watak orang Tegal.
Bunyinya adalah Banteng Loreng Binoncengan.
Falsafah lokal warisan nenek moyang itu mengandung makna bahwa watak orang Tegal itu berani dan kritis.
Baca juga: Wakapolres Tegal Pimpin Apel Pembukaan Bina Tradisi dan Pembaretan Bintara Baru 2022
Baca juga: ACT Bersama Lanal Tegal Laksanakan Program Bedah Rumah Mbah Senen, Supaya Lebih Layak Huni
Baca juga: Asal Usul Nama Pertigaan Gili Tugel Tegal, Bukti Perlawanan Raden Mas Panji Terhadap Daendels
Baca juga: Berikut 8 Rekomendasi Tempat Ngabuburit yang Cocok untuk Menunggu Berbuka Puasa di Kabupaten Tegal
Banteng artinya gagah berani.
Sedangkan loreng artinya agak kasar.
Sejarawan Pantura, Wijanarto mengatakan, masyarakat Tegal itu disimbolkan dengan Banteng Loreng Binoncengan.
Orangnya digambarkan dengan sosok yang kritis dan berani melawan.
Tetapi, banteng tersebut sebenarnya bisa dikendalikan oleh siapapun.
Asalkan yang menuntun dan menunggangi adalah orang yang lemah lembut, ramah, serta tidak mempunyai maksud buruk.
"Masyarakat Tegal itu kritis."
"Dan itu disimbolkan dengan Banteng Loreng Binoncengan," kata Wijanarto kepada Tribunjateng.com, Jumat (25/3/2022).
Dalam sumber lain, falsafah Banteng Loreng Binoncengan kisahnya diceritakan bersama seorang anak laki-laki yang merupakan penggembala.
Anak laki-laki itu menjaga bantengnya dengan penuh kasih sayang.
Suatu ketika anak tersebut dalam bahaya.
Dia hendak diterkam harimau.
Tetapi kemudian, dia dilindungi dan diselamatkan oleh banteng yang telah dirawat.
Bahkan, banteng tersebut rela mendapatkan luka para di sekujur tubuhnya.
"Jadi siapa saja bisa mengendalikan banteng itu."
"Di sini gambarannya adalah seorang anak kecil yang menunggangi banteng," ungkapnya.
Menurut Wijanarto, Banteng Loreng Binoncengan saat ini masih terus hidup di masyarakat Tegal.
Hal itu dibuktikan dengan adanya perlawanan saat terjadi kesewenangan-wenangan pemimpin.
Contohnya pada era kepemimpinan Wali Kota Tegal M Zakir dan Siti Masitha.
Termasuk saat para pedagang menggelar demonstrasi di Balai Kota Tegal, pada Rabu (23/3/2022).
"Nah, siapapun yang sangat bertentangan dengan nilai kolegialitas dan komunalitas masyarakat Tegal, pasti akan mendapat perlawanan.
Contohnya aksi para pedagang di balai kota karena akses jualannya ditutup," ungkapnya. (*)
Baca juga: Bali United Juara Liga 1, Serdadu Tridatu Berpesta Pasca 90 Menit Versus Persebaya Surabaya
Baca juga: Ini Tujuan Lain DPUPR Batang Perlebar Trotoar, Bantu Para Difabel, Tak Sekadar Percantik Wajah Kota
Baca juga: Inilah Detik-detik Truk Terjun ke Sungai, Kecelakaan di Wonosobo, Terekam Kamera CCTV, Dua Tewas
Baca juga: Tak Cukup PSIS Semarang, Persipura Masih Butuh Bantuan Tiga Tim Ini, Syarat Bertahan di Liga 1