Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Jepara

Cerita Perajin Mainan Tradisional Anak di Jepara: Tetap Bertahan di Tengah Perubahan Zaman

Sekira 2007, sebuah studio radio di Jepara, Sumarno mendapat pertanyaan dari penyiar.

Penulis: Muhammad Yunan Setiawan | Editor: sujarwo
Tribun Jateng/Muhammad Yunan Setiawan
Sumarno merakit mainan tradisional anak-anak saat ditemui di rumahnya di Desa Karanganyar, Kecamatan Welahan, Kabupaten Jepara, Senin (18/4/2022). 

Beberapa anak muda kini menjual jenis-jenis mainan anak seperti tarikan, kitiran, dan klothokan atau dorongan di lokapasar dan di media sosial.

Ia sendiri saat ini hanya menjual sesuai dengan permintaan. Setiap bulan ia mengirimkan ribuan kitiran ke Medan, Pekanbaru, Batam, Timika. Bahkan ia sempat dua kali mendapat pesanan dari Pulau Buru.

Ia tidak mau merinci harga jual mainan anak. Pasalnya, ia menjualnya kepada pengepul. Ia hanya memberi gambaran setiap satu mainan anak bisa mendapat untung Rp200-400. 

"Dalam sebulan kira-kira saya dapat Rp2,5-3 juta," ujar pria yang juga Ketua Kelompok Perajin Mainan Anak Mekar Jaya.

Sumarno mengaku keuntungan dari menjual mainan anak ini memang tidak banyak. Karena harga jual di pasar juga sangat terjangkau masyarakat.

Selain itu, bahan-bahan mainan anak juga dari bahan-bahan olahan, seperti olahan bekas seng, kardus rokok.

Untuk kitiran, dua bahan yang dibeli dalam kondisi baru hanya karet dan bambu.

Semua bahan-bahan itu dibeli dari beberapa kota. Seng dari Sidoarjo, karet dari Medan, kardus rokok dari Kudus, bambu dari Jepara atau Magelang.

"Kami jaga kualitas. Tidak mau sembarang pilih bahan," ungkapnya.

Jaga kualitas, kata Sumarno, yang membuat pelanggan tetap awet.

Dia menyebut salah seorang pelanggannya asal Sumatera Utara sudah belasan tahun memesan mainan anak kepadanya.

Hal yang sama juga disampaikan Musafak. Perajin mainan anak klothokan atau dorongan ini menyampaikan, beberapa baham pembuatan mainan seperti spon dibeli dari Tangerang.

Pria 58 tahun  itu mengungkapkan, sejak puluhan tahun menekuni bisnis mainan tradisional, pemesanan masih lancar.

Tidak ada tanda-tanda penjualan mainan tradisional lesu karena sudah tidak diminati anak-anak.

"Masih lancar-lancar saja. Masih sering kirim ke Sulawesi (Makassar dan daerah laiinya)," kata pria yang jadi perajin mainan sejak 1985 itu.

Ia tidak bisa merinci dalam sebulan berapa jumlah mainan yang dikirim ke pemesan. Namun yang pasti, ia mengungkapkan setiap bulan pasti mengirim pesanan ke alamat pelanggan.

Menurutnya, rutinitas itu telah ia jalani sejak bujang hingga kini menjadi seorang bapak.

Ia menegaskan industri mainan anak di desanya masih bertahan di tengah perubahan zaman. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved