OPINI
OPINI Usman Roin : Urgensi Edukasi Kartini Kini
TANGGAL-21 April, mafhum diperingati sebagai Hari Kartini. Potret memperingati sosok Kartini, bisa tampak dari simbolis penggunaan kebaya
Bahkan melalui suratnya kepada Stella Zeehandelaar, Kartini malah meminta dipanggil “Kartini” saja, tanpa ada embel-embel yang lain.
Berkaca pada kesederhanaan Kartini di atas, milenial hari ini harus lebih rendah hati, tidak mempertontonkan kekuatan otot dan arogansinya.
Melainkan, menggali warisan sikap budaya adiluhung untuk diterapkan menjadi laku diri yang baik sejak dini.
Jika demikian, stigma buat apa perempuan sekolah tinggi-tinggi, bila toh akhirnya berkutat pada domain kedua, yakni konco wingking, atau dalam istilah lain di dapur, kasur, dan sumur haruslah dikikis. Perpektif seperti ini, tentu tidak boleh menjadi alasan permanen untuk menihilkan kesetaraan dalam hal pendidikan kepada perempuan.
Yang arif, perempuan adalah bagian dari komponen kebangsaan yang ada. Ia perlu dibangun daya nalarnya untuk ikut mempercepat kemajuan peradaban bangsa.
Bila kita sepakat terhadap hal di atas, Kartini masa kini akan semakin terang. Sosok potret perempuan milenial yang kontributif dan sukses, akan terus bermunculan silih berganti setiap hadirnya peringatan Hari Kartini. Akhirnya, selamat hari Kartini, hilangkan kegelapan dan reguk terang-benderang untuk para Kartini mendatang. Amin. (*)
Baca juga: FOKUS : Mafia Lenga Tala
Baca juga: 7 Bocah Bekasi Bolos Sekolah demi Ikut Demo di Jakarta: Datang Saja, Enggak Tahu Demo Apa
Baca juga: Tangis Asep Tak Terbendung Setelah Tahu Pelaku Pembakar Angkotnya Dicurigai Gila
Baca juga: Arti Mimpi Sakit, Kena Campak Jadi Pertanda Baik Akan Datangnya Rezeki