Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Blora

Kesibukan Jelang Tradisi H+7 Lebaran di Blora, Warga Desa Sarimulyo Bikin Ketupat Janur Kelapa

Tradisi kupatan ini hampir dilakukan setiap tahun di Kabupaten Blora yang secara turun temurun menjadi budaya pasca Lebaran.

Penulis: ahmad mustakim | Editor: deni setiawan
TRIBUN JATENG/AHMAD MUSTAKIM
Menjelang tradisi kupatan yang dilaksanakan setiap H +7 Lebaran, warga Desa Sarimulyo, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora membuat wadah atau selosong ketupat dari janur kelapa, Sabtu (7/5/2022). 

TRIBUNJATENG.COM, BLORA - Menjelang tradisi kupatan yang dilaksanakan setiap H +7 Lebaran, warga utamanya para kaum hawa di Desa Sarimulyo, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora membuat wadah atau selosong ketupat dari janur kelapa.

Tradisi ini hampir dilakukan setiap tahun di Kabupaten Blora yang secara turun temurun menjadi budaya pasca Lebaran.

Kupatan menjadi tradisi khas masyarakat Jawa ketika Lebaran.

Baca juga: Arus Lalu Lintas Di Area Terminal Tipe C Ngawen Blora H+5 Lebaran 2022 Sempat Macet

Baca juga: Tak Ada Kejelasan, Ratusan Pemudik Menunggu Armada Bus Berangkat Di Terminal Tipe C Ngawen Blora

Baca juga: Arus Lalu Lintas di Perbatasan Blora-Rembang Terpantau Normal dan Landai

Baca juga: Ramainya Tempat Nongkrong di Embung Rowo Karangjati Blora Pasca Lebaran, Rustam: Naik 2 Kali Lipat

Tradisi ini melengkapi tradisi umum seperti mudik, berkumpul bersama keluarga, silaturahmi dengan tetangga, dan bagi-bagi Tunjangan Hari Raya (THR).

Ada beberapa cerita, kupatan merupakan hasil dari pemikiran para Walisongo dalam menyebarkan dakwah Islam melalui budaya.

Umumnya, tradisi kupatan ini dilakukan oleh masyarakat Jawa yang selalu digelar setelah perayaan Hari Raya Idulfitri.

Tradisi kupatan biasa dilakukan di masjid atau musala.

Warga setempat membawa hidangan untuk dimakan bersama.

Hidangan yang dibawa didominasi dengan ketupat, lepet serta sayur sebagai pelengkap, seperti opor ayam dan lain-lain.

Sebelumnya, akan digelar hajatan atau kondangan di musala atau masjid yang didoakan bersama.

Jaminah, seorang ibu rumah tangga di desa setempat mengungkapkan, wadah atau selosong ini biasanya dibuat terlebih dahulu sebelum diisi dan direbus.

"Butuh waktu sekira 2-3 menit untuk membuat satu ketupat," ucapnya kepada Tribunjateng.com, Sabtu (7/5/2022).

Dikatakannya, Sabtu (7/5/2022) dibuat wadahnya, pada Minggu (8/5/2022) baru diisi dengan beras dan direbus.

"Minggu (8/5/2022) siang barus diiisi terus dimasak, 2-4 jam untuk merebusnya," ujarnya.

Dalam pembuatannya, untuk satu ikat janur kelapa rata-rata menghasilkan 50 wadah ketupat.

Nyuhardi, anak dari Jaminah ini juga mengatakan, pada Senin (9/5/2022) pagi akan digelar hajatan di musala atau masjid.

"Istilahnya hajatan atau kondangan seusai salat subuh."

"Kemudian doa bersama, dan menikmatinya secara bersama-sama pula," terangnya kepada Tribunjateng.com, Sabtu (7/5/2022).

"Biasanya ini dilakukan H +7 atau H +8 Lebaran," imbuhnya.

Dia berharap pada lebaran tahun ini, agar kehidupan kembali normal seperti sediakala.

"Tradisi ini sebagai ucap syukur dan merayakan Hari Raya Idulfitri juga doa bersama," pungkasnya. (*)

Baca juga: Repsol Honda Putus Kontrak Pol Espargaro, Musim Depan Tak Lagi Bersama Marc Marquez

Baca juga: Chelsea Resmi Diakuisisi, Bulan Depan Ganti Pemilik, Ini Sosok Pengganti Roman Abramovich

Baca juga: Inilah Pengganti Francisco Torres Pilihan Borneo FC, Striker Eks Klub Kasta Kedua Liga Korsel

Baca juga: ASN Pemkab Pati Sudah Ngantor, Berikut Aktivitas Hari Pertama Seusai Libur Lebaran

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved