Aksi Protes Anarkis di Sri Lanka Berlanjut, Polisi Diperintahkan Pakai Peluru Tajam
Polisi Sri Lanka telah diperintahkan untuk melakukan serangan dan menggunakan peluru tajam untuk mencegah anarki.
Seruan itu merupakan buntut dari krisis ekonomi yang hampir membuat Sri Lanka bangkrut, dan rakyatnya menghadapi kekurangan bahan bakar, makanan, dan kebutuhan pokok lainnya.
Pada Senin (9/5), PM Mahinda Rajapaksa akhirnya mengundurkan diri. Ia dan keluarganya dievakuasi dari kediaman resminya melalui ribuan pengunjuk rasa yang mencoba masuk ke gedung era kolonial yang dijaga ketat.
Tidak ada konfirmasi tentang keberadaan mereka, tetapi beberapa pengunjuk rasa berkumpul di luar pangkalan angkatan laut di Trincomalee di pantai timur laut, yang diduga menjadi tempat berlindung keluarga Rajapaksa.
Sementara itu, Gotabaya Rajapaksa tetap berada di kediaman resminya yang dilindungi oleh pagar besi berlapis yang dijaga oleh militer dan polisi.
Presiden berada di bawah tekanan untuk menunjuk seseorang yang dapat menyatukan semua orang sebagai perdana menteri, memberikan sebagian besar kekuasaannya kepada parlemen, dan mengundurkan diri.
Pengunduran diri perdana menteri telah menciptakan kekosongan administrasi tanpa kabinet, yang secara otomatis bubar dengan pengunduran diri tersebut. Kekosongan jabatan PM juga telah menciptakan ketakutan akan pengambilalihan militer terutama jika kekerasan terus berlanjut. (Kompas.com/Tribunnews)