Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Solo

Piring Terbang Saat Acara Pernikahan di Solo, Para Tamu Duduk Manis Bak Raja

Di acara pernikahan berkonsep piring terbang, tamu cukup duduk manis di kursi yang telah disediakan

Editor: muslimah
TribunSolo.com/dok Pandu Pravasthara Putra
Mengenal tradisi piring terbang di pesta pernikahan. Foto: Momen para pramusaji menyajikan hidangan ke para tamu undangan di sebuah acara pernikahan di Kota Solo, atau yang lebih dikenal dengan istilah 'piring terbang'. 

"Jadi kalau sudah sampai es, biasanya kalau orang-orang yang sepuh langsung pergi, pulang. Jadi itu semacam diaturi kondur gitu," jelas Nuky. 

"Makanya keluarnya es itu biasanya memang ditahan-tahan supaya tamu tidak pulang. Jadi itu dulu sebetulnya memang ada semacam pralambang sudah paripurna untuk hidangan yang akan disajikan ke tamu," tambahnya. 

Perbedaan tradisi piring terbang dan prasmanan juga terlihat dengan kebiasaan hadirnya para tamu undangan. 

Ketika prasmanan, biasanya tamu datang setelah acara dibuka.

Sedangkan pada tradisi piring terbang, tamu justru datang sebelum acara dimulai. 

Menurut Nuky, pada zaman dahulu ketika tamu datang terlambat maka dia sama saja 'sial' karena melewatkan momen hidangan tertentu dalam piring terbang. 

"Tapi zaman sekarang pun jika tamu datang terakhir pun langsung dicarikan, karena pekewuh sudah nyumbang. Kalau zaman dahulu nggak. Jadi kalau datangnya pas sop ya berarti snack dan unjukane nggak dapat," ungkapnya. 

Nuky setuju apabila tradisi piring terbang dianggap lebih bergengsi dibanding dengan menjamu cara prasmanan.

Ada prestise yang dijaga di sana, yakni melayani tamu bak raja. 

"Saya sendiri sebagai orang Jawa lebih sreg ya apike jangan njupuk dewe-dewe, karena kita sudah nyumbang dan sudah jadi tamu, masak ambil lauk dan nasi sendiri. Tamu kan harusnya dilayani," jelas Nuky. 

Co-founder Obong Management, salah satu wedding organizer di Solo, Okky Rahadyan, membenarkan mayoritas pernikahan di Kota Bengawan pilih pakai piring terbang. 

"Kalau di Solo, saya bicaranya Solo ya, tradisi ladosan atau piring terbang itu masih mendominasi. Perbandingannya 70 persen (piring terbang), 30 persen (prasmanan)," kata Okky. 

Bukan Lebih Murah

Namun masih terus digunakannya tradisi ini ternyata bukan perkara banderol piring terbang yang lebih mahal daripada prasmanan

Alasan para calon mempelai lebih kepada tradisi turun temurun yang terus berusaha dijaga.

Sumber: Tribun Solo
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved